Tuesday, May 17, 2011

pisang, bisa bantu sembuhkan stoke

Liputan6.com, London: Jangan pernah anggap remeh buah pisang. Pisang memiliki banyak manfaat. Salah satunya mengurangi risiko terkena stroke, hanya dengan mengkonsumsi pisang tiga buah setiap hari. Itulah hasil penelitian para ahli dari Inggris dan Italia.

Menurut hasil penelitian tersebut, tiga buah pisang yang mengandung banyak kalium itu jika dikonsumsi setiap hari bisa mengurangi risiko pembekuan darah di otak. Pembekuan darah di otak itulah penyebab utama stroke. Tak hanya kandungan kalium, kandungan potasium yang ada di dalam buah pisang juga dapat membantu untuk menstabilkan tekanan darah dan mengontrol keseimbangan cairan dalam tubuh.

Dalam penelitian itu juga terungkap, selain buah pisang bayam, kacang-kacangan, dan ikan bandeng juga mengandung banyak kandungan kalium. Makanan tersebut juga dapat membantu mengurangi risiko terkena serangan stroke.

"Asupan potasium di kebanyakan negara, jauh di bawah jumlah harian yang disarankan. Padahal hanya dengan meningkatkan asupan makanan yang kaya akan kalium dan mengurangi konsumsi garam dapat meminimalisasi angka kematian tahunan global akibat stroke,"

kurang tidur memicu gemuk.....????????????????

Liputan6.com, New York: Apakah Anda sering mengalami sulit tidur? Hati-hati, kurang tidur ternyata bisa menyebabkan kegemukan. Kurang tidur menyebabkan hari terasa makin panjang. Tak hanya itu, metabolisme pun menjadi lambat sehingga tubuh menggunakan sedikit energi.

Jurnal Gizi Klinis Amerika dan penelitian di Eropa menyebutkan bahwa kurang tidur dapat menyebabkan peningkatan berat badan. Tak hanya menaikkan rasa lapar saja, tapi juga mengurangi kecepatan ritme pembakaran kalori.

Christian Benedict, salah satu dari peneliti dari Universitas Uppsala di Swedia mengungkapkan, bahwa tidur banyak dapat mencegah naiknya berat badan.


"Penemuan kami menunjukkan bahwa kekurangan tidur satu malam dapat secara akut mengurangi pengeluaran energi pada lelaki sehat, yang mengisyaratkan tidur berkontribusi dalam mengatur pengeluaran energi manusia pada siang hari," tulisnya.

Penelitian sebelumnya mengaitkan kekurangan tidur dengan peningkatan berat badan dan juga menunjukkan bahwa tidur yang terganggu juga mengganggu tingkat stres dan hormon berhubungan dengan rasa lapar selama tersadar.

Untuk membantu mengidentifikasi mekanisme yang tepat mengenai kenapa kekurangan tidur dapat menyebabkan pengaruh tersebut, Benedict dan beberapa koleganya menguji 14 mahasiswa universitas dalam serangkaian "pengondisian" tidur -- tidak tidur, tidur yang terbatas, dan tidur normal -- dalam beberapa hari, kemudian diukur perubahan jumlah makanan yang dikonsumsi, gula darah, tingkat hormonal serta mengukur tingkat metabolismenya.

Para ilmuwan menemukan, hanya dengan ketinggalan tidur satu malam memperlambat metabolisme pada keesokan paginya, mengurangi pengeluaran energi untuk sejumlah pekerjaan seperti bernapas dan mencerna sebesar lima hingga 20 persen, dibanding pada orang dengan tidur yang cukup.

Sekelompok lelaki muda itu juga memiliki tingkat gula darah yang tinggi, hormon pengatur rasa lapar seperti ghrelin, dan hormon stres seperti cortisol yang tinggi setelah tidur yang terganggu.

Namun, kekurangan tidur tidak meningkatkan banyaknya makanan yang dikonsumsi oleh para lelaki itu.

Sejumlah penelitian telah mengawasi bahwa orang yang tidur lima jam atau kurang per hari menjadi lebih rentan terhadap naiknya berat badan dan penyakit berhubungan dengan berat badan seperti diabetes tipe-2. Tetapi penelitian tersebut tidak membuktikan bahwa kekurangan tidur sebagai penyebab naiknya berat badan.

Sejumlah pakar mengatakan bahwa beberapa faktor seperti gaya hidup dan pola makan kemungkinan menambah risiko obesitas dan itu tidak jelas apakah kekurangan tidur menyebabkan obesitas.

Sanford Auerbach, kepala dari Pusat Gangguan Tidur di Pusat Medis Boston, menanggapi bahwa kekurangan tidur merupakan permasalahan rumit, dengan obat-obatan serta beberapa hal yang mempengaruhi tidur, dan mendesak bahwa penemuan tersebut harus lebih diperjelas.

"Mereka menemukan bahwa kita menyesuaikan diri dari kekurangan tidur dan beberapa dari penyesuaian tersebut secara teoritis dapat menyebabkan obesitas," katanya, menambahkan bahwa belum jelas bagaimana kekurangan tidur yang kronis dapat mempengaruhi tingkat hormon.

National Sleep Foundation, yayasan yang meneliti tidur, mengusulkan bahwa orang dewasa sebaiknya tidur sebanyak tujuh - sembilan jam tidur per malam. (ANT/Vin)

Monday, May 16, 2011

Laporan magang INC

LAPORAN MAGANG



ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL PATOLOGIS NY ” S ”
UMUR 22 TAHUN G1P0A0 UMUR KEHAMILAN 8 MINGGU
DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM
DI BPS SRI RAHAYU, GLIDAG,
LOGANDENG, PLAYEN,
GUNUNGKIDUL



Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan Praktek Magang Kebidanan
Program Studi Diploma IV Bidan Pendidik Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Respati Yogyakarta
















Diajukan Oleh:

RAHAYU WIDARYANTI
10140215




PROGRAM STUDI DIPLOMA IV  BIDAN PENDIDIK
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI
YOGYAKARTA
2010
HALAMAN PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL PATOLOGIS NY ” S ”
UMUR 22 TAHUN G1P0A0 UMUR KEHAMILAN 8 MINGGU
DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM
DI BPS SRI RAHAYU, GLIDAG,
LOGANDENG, PLAYEN,
GUNUNGKIDUL

Laporan Praktek Klinik Kebidanan Magang
Yang dipersiapkan dan disusun Oleh

RAHAYU WIDARYANTI
10140215

Telah disetujui
Pada tanggal :
Oleh dosen pembimbing:

Pembimbing Lahan                                         Pembimbing Akademik
Tanggal :                                                         Tanggal


Sri Rahayu, Amd. Keb                                   Sri Wulandari, S.Si.T
NIK : 107210281992032004                          NIP : 406707002





LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL PATOLOGIS NY ” S ”
UMUR 22 TAHUN G1P0A0 UMUR KEHAMILAN 8 MINGGU
DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM
DI BPS SRI RAHAYU, GLIDAG,
LOGANDENG, PLAYEN,
GUNUNGKIDUL

Laporan Praktek Klinik Kebidanan Magang
Yang dipersiapkan dan disusun Oleh


RAHAYU WIDARYANTI
10140215


Telah disetujui oleh
Dosen Pembimbing Laporan Praktek Klinik Kebidanan Magang
Pada tanggal               2011

Pembimbing Lahan                                                       



Sri Rahayu, Amd. Keb                                               Tanggal:
NIK : 107210281992032004

Pembimbing Akademik



Sri Wulandari, S.Si.T                                                  Tanggal :
NIP : 406707002

Laporan Praktek Klinik Kebidanan Magang ini Telah Diterima
Tanggal                       2011
Mengetahui,
Ketua Program Studi Diploma IV Bidan Pendidik
Fakultas Ilmu KesehatanUniversitas Respati Yogyakarta




Murni, S.Si.T, S.Pd, M.Sc
NIK : 450709005
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan Pembangunan Kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. Untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut diperlukan sumber daya manusia yang teguh, mandiri dan berkualitas (Profil kesehatan DIY, 2007). Upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia dimulai sedini mungkin sejak mulai kehamilan.
Kehamilan dan persalinan adalah suatu proses fisiologis, diharapkan ibu akan melahirkan secara normal, dalam keadaan sehat baik ibu maupun bayinya. Namun apabila proses kehamilan tidak dijaga dan proses persalinan tidak dikelola dengan baik, maka ibu dapat mengalami berbagai komplikasi selama kehamilan, persalinan, masa nifas, bahkan dapat menyebabkan kematian (Manuaba, 1998)
Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) saat melahirkan adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) 34 per 1.000 kelahiran hidup. Angka-angka tersebut masih jauh dari kesepakatan Millenium Development Gold (MDG) pada tahun 2015 di mana AKI menjadi 115 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 25 per 1000 kelahiran hidup.
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering terjadi pada kehamilan trimester I. mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih timbul pada 6 minggu setelah haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu (Wiknjosastro, 2006).
Muntah yang berlebihan atau tidak terkendali selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atau difiensi nutrisi, dan kehilangan berat badan. Insiden kondisi ini sekitar 3,5 pada setiap 1000 kelahiran. Walaupun kebanyakan kasus ringan dan hilang seiring jalannya waktu, satu dari 1000 wanita hamil akan menjalani rawat inap. Hiperemesis gravidarum biasanya akan sembuh dengan sendirinya (self-limiting), tetapi penyembuhan berjalan lambatdan relaps yang seiring umumnya terjadi. Kondisi ini paling sering terjadi pada wanita primigravida dan cenderung akan terjadi lagi pada kehamilan berikutnya (Bobak, 2005).
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengambil kasus dengan judul”Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil Patologis ny ” s ”Umur 22 Tahun G1P0A0 Umur Kehamilan 8 Minggudengan Hiperemesis Gravidarumdi BPS Sri Rahayu, Glidag, Logandeng, Playen, Gunungkidul”


Untuk mendapatkan gambaran umum tentang asuhan kebidanan kehamilan patologi pada hiperemesis gravidarum.

Memberikan masukan bagi dunia ilmu pengetahuan tentang ilmu kebidanan pada umumnya dan peningkatan kesehatan ibu dan anak pada khususnya.





Sasaran dari kasus ini adalah ibu hamil, dimana kasus ini diambil di BPS SRI RAHAYU dengan jenjang waktu 72 hari dimulai dari tanggal 22 November 2010 sampai 9 April 2011
Cara yang digunakan untuk mendapatkan kasus hiperemesis gravidarum ibu didapatkan dari hasil wawancara, observasi dan telaah dokumen.



















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai janin lahir, lama hamil normal yaitu 280 hari atau 9 bulan 7 hari yang dihitung dari hari pertama haid terakhir (Wiknjosastro, 2006). Menurut Andonotopo dalam  Maulana (2007) mengatakan, secara medis kehamilan dimulai dari proses pembuahan sel telur wanita oleh spermatozoa dari pihak pria.
Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungaan dan terdiri dari:
Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh system hormonal yang kompleks. Selama masa subur yang berlangsung selama 20 sampai 35 tahun hanya 420 buah ovum. Yang dapat mengikuti proses pematangan dan terjadi ovulasi.
Pertumbuhan spermatozoa dipengaruhi mata rantai hormonal yang kompleks dari panca indera, hipotalamus, hipofisis, dan sel interstial Leydig sehingga spermatogonium dapat mengalami proses mitosis. Sebagian besar spermatozoa  mengalami kematian dan hanya beberapa ratus yang dapat mencapai tuba falopii. Spermatozoa yang masuk kedalam alat genetalia wanita dapat hidup selama 3 hari, sehingga cukup waktu untuk mengadakan konsepsi.
Konsepsi adalah pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa dan membentuk zygot. Proses konsepsi dapat berlangsung sebagai berikut:
Spermatozoa ditumpahkan dan masuk melalui kanalis servikalis dengan kekuatan sendiri. Didalam cavum uteri terjadi proses kapasitasi yaitu pelepasan sebagian dari liproteinya sehingga mampu mengadakan fertilisasi (Manuaba, 1998).
Setelah terjadi pembuahan maka pembelahan sel terjadi terus menerus dan didalam morula terjadi ruangan yang dapat mengandung cairan yang disebut dengan blastula. Perkembangan dan perkembangan berjalan, blastula dengan vili korealisnya yang dilapisi sel trofoblastelah siap untuk mengadakan nidasi. Sementara itu fase sekresi endometrium telah makin gembur dan banyak mengandung glikogen yang disebut desidua.
Sel trofoblas yang meliputi primer vili korialis melakukan distruksi enzimatik-proteolitik, sehingga dapat menanamkan diri pada endometrium. Proses penanaman blastula disebut nidasi atau implatansi terjadi pada hari ke 6 sampai ke 7 setelah konsepsi.
Nidasi atau implantasi terjadi pada bagian fundus uteri didinding depan atau bagian belakang. Pada blastula penyebaran sel trofoblas yang tumbuh kembang tidak rata, sehingga bagian blastula dengan inner cell mass akan tertanam kedalam endometrium. Sel trofoblas mendestruksi endometrium sampai terjadi pembentukan plasentayang berasal dari vili korealis.
Vili korealis menghancurkan desidua sampai pembuluh darah, mulai dengan pembulus darah vena pada hari ke-10 sampai ke-11 setelah konsepsi, sehingga sejak saat itu embrio mendapat tambahan nutrisi dari darah ibu secara langsung. Selanjutnya vili korealis menghancurkan pembuluh darah arteri sehingga terjadi aliran darah pertama retroplasenter pada hari ke-14 sampai ke-15 setelah konsepsi. Bagian desidua yang tidak dihancurkan membagi plasenta menjadi 15-20 kotiledon maternal. Sedangkan dari sudut fetus  plasenta akan terbagi menjadi sekitar 200 kotiledon fetus. Setiap kotiledon fetus terus bercabang dan mengambang ditengah aliran darah untuk melakukan tugasnya.
Tahap embrio berlangsung dari hari ke-15 sampai sekitar 8 minggu setelah konsepsi. Tahap ini merupakan masa organogenesis yaitu masa yang paling kritis dalam perkembangan system organ dan penampilan luar utama janin. Daerah yang sedang berkembang mengalami pembelahan sel yang cepat dan sangat rentan terhadap malformasi akibat teratogen. Penggunaan obat-obatan perlu dibatasi dan berhati-hati untuk mencegah pengaruh yang tidak diinginkan terhadap buah kehamilan.
Dari gumpalan sel yang kecil, embrio berkembang dengan pesat menjadi janin. Pada akhir 12 minggu pertama kehamilan jantungnya berdetak, usus-usus lengkap didalam abdomen, genetalia eksterna mempunyai karakteristik laki-laki atau perempuan, anus sudah terbentuk dan muka seperti manusia. Janin dapat menelan, melakukan gerakan pernafasan, kencing, menggerakan anggota badan, mengedipkan mata dan mengerutkan dahi. Mulutnya membuka dan menutup. Berat janin sekitar 15-30 gram dan panjang 5-9 mm.
Pada akhir kehamilan 20 minggu berat janin sekitar 340 gram dan panjang sekitar 16-17 cm. ibu dapat merasakan gerakan bayi, sudah terdapat mekonium di dalam usus dan sudah terdapat verniks pada kulit. Pada kehamilan 28 minggu, berat bayi lebih sedikit dari satu kilogram dan panjangnya 23 cm, memiliki periode tidur dan aktivitas merespon suara dan melakukan gerakan pernafasan. Pada usia kehamilan 32 minggu berat bayi 1,7 kg dan panjangnya 28 cm, kulitnya mengkerut dan testis sudah turun ke skrotum pada bayi laki-laki. Pada usia kehamilan 36-40 minggu, jika ibu mendapat gizi yang cukup, kebanyakan berat bayi antara 3 - 3,5 kg dan panjang 35 cm.



















Table 1. pertumbuhan janin dalam uterus
Bulan
Panjang
Berat
Tinggi Rahim
Keterangan
1
8-10 mm
-
-
Kepala 1/3 mudigah, saluran jantung berebentuk dan sudah berdenyut, permukaan kaki dan tangan berbentuk tonjolan
2
250 mm
-
-
Muka berbentuk muka manusia, mempunyai lengan dan tungkai dengan jari tangan dan kaki, kelamin tampak
3
7-9 cm
-
Atas simfisis
(tulang kemaluan)
Sudah ada pusat tulang, kuku, ginjal, janin mulai bergerak
4
10-17 cm
100 gr
½ atas simfisis-pusat
Kelamin luar sudah dapat ditentukan jenisnya, kulit ditumbuhi rambut halus, gerak mungkin dirasakan ibu
5
18-27 cm
300 gr
Setinggi pusat
Bunyi jantung terdenagar, jika lahir sudah berusaha bernafas
6
28-34 cm
600 gr
Di atas pusat
Kulit keriput, lemak mulai ada dibawah kulit, dan tertutup verniks kaseosa
7
35-38 cm
1.000 gr
½ pusat-px
Jika lahir dapat hidup di dunia luar, mengeluarkan suara tangis lemah jika menangis
8
42,5 cm
1.700 gr
2/3 atas pusat
Kulit merah, gerak aktif
9
46 cm
2.500 gr
Setinggi px
Kulit penuh lemak, alat sudah sempurna
10
50 cm
3000 gr
Dua jari bawah px
Kepala janin masuk PAP, kuku panjang, testis telah turun, kulit halus, hamper tidak ada lanugo


Kedua selaput ini bersatu membentuk selaput korio-amnion (selaput ketuban). Selaput ini bersatu dengan desidua kapsularis, tetapi setelah desidua ini menghilang ia bersatu dengan desidua parietalis. Pada saat persalinan belangsung, ia menonjol melalui ostium uteri dan berfungsi membantu kelancaran pembukaan serviks uteri.
Plasenta melekat ke endometrium (desidua basalis) melalui cytotrofoblastic shell dan anchoring villi. Villi korialis terbentuk mulai minggu ke dua. Pada saat ini masih di sebut villi primer yang terdiri dari sittrofoblas sebagai inti dan sinsitiotrofoblas yang mengelilinginya.
Pada hari ke-15 villi primer mulai bercabang-cabang dan terbentuklah inti mesenkim di tengah (sebagai central core). Pada tahap ini ia di sebut villi sekunder. Kemudian terbentuklah pembuluh darah di dalam central core dan sekarang ia di sebut villi tersier. Pada saat inilah hubungan pembuluh darah antara janin dengan plasenta terbentuk, yang menandakan dimulainya sirkulasi feto-maternal.
Lapisan sititrofoblas pada ujung villi dengaan cepat tumbuh dan menembus sinsisiotrofoblas, untuk selanjutnya menempel pada desidua basalis. Villi inilah yang di sebut anchoring villi, selanjutnya masing-masing anchoring villi saling melebar dan berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk cytotrophoblastic shell yang melekatkan plasenta pada desidua basalis dengan kuat.
Disebelah luar cytotrophoblastic shell inti terbentuk suatu lapisan fibrosit yang kuat yang di sebut membrane Nitabuch. Diduga membranan ini merupakan barier terhadapa invasi sitotrofoblas lebih lanjut, sehingga plasenta tidak menembus sampai miometrium.
Air ketuban merupakan cairan yang mengisi rongga amnion. Rongga amnion mulai terbentuk pada hari ke 10-12 setelah pembuahan. Volume bertambah banyak dengan mankin tuanya umur kehamilan. Pada umur kehamilan 12 minggu, volumenya kurang lebih 50 ml dan pada 20 minggu antara 350-400 ml. Pada 36-38 minggi kira-kira 1 liter. Pada kehamilan posterm volumenya menjadi berkuranf dan tidak jarang menjadi 500 ml. hal ini berbahaya bagi janin sehingga bayi harus segera dilahirkan.
Air ketuban berasal dari transudasi plasma maternal, masuk menembus selaput yang melapisi plasenta lewat tali pusat. Pad kehamilan lanjut urin janin ikut membentuk air ketuban. Dengan demikian air ketuban terdiri atas air, kreatinin, urea dan asam urin, gula, garam, enzim, verniks kaseosa, lanugo.
Fungsi air ketuban :
Pada akhir kehamilan janin minim kira-kira 400-500 ml air ketuban sehingga sebagai kompensasinya ia harus kencing sebanyak itu. Bila pada saat aterm volume air ketuban kurang dari 500 ml disebut oligohidramnion dan bila lebih dari 2000 ml disebut polihidramnion atau hidramnion saja. Oligohidramnion sering terdapat pada agenesis ginjal, sedang polihidramnion sering pada atresia esophagus janin atau pada ibu yang menderita diabetes mellitus.
Amniosentesis adalah tindakan mengambil air ketuban, biasanya dilakukan transabdominal.
Tujuan mengambil air ketuban (Siswosudarmo, 1990; hal. 31) :



Pada hari ke-14 setelah konsepsi, discus embrio, kantong amnion dan yolk sac menyatu dengan villi korion melalui connecting stalk. Selama minggu ke-3, pembuluh darah berkembang untuk menyuplai embrio dengan nutrient dan oksigen dari ibu. Selama minggu ke-5, setelah embrio menekuk ke dalam pada kedua ujungnya, connecting stalk berada pada sisi sentral embrio, sehingga connecting stalk tertekan pada kedua sisinya oleh amnion yang membentuk korda umbilikalis yang menyempit. Dua arteri membawa darah dari embrio ke villi korion dan satu vena mengembalikan darah ke embrio.
Tali pusat terletak antara pusat ajnin dan permukaan foetal plasenta. Warnanya dari luar putih, merupakan tali yang terpilin, panjangya kira-kira 55 cm (30-100 cm) dan garis tengahnya 1-2 cm. tali pusat  terdiri dari 2 arteri dan 1 vena.  sehingga pemberian makanan yang kontinyu untuk embrio-janin dapat dijamin. Kompresi dapat terjadi jika korda terletak antara kepala janin dan pelvis atau terpelintir sekitar tubuh janin.  Kompresi yang melilit leher janin disebut korda nikal (nuchal cord). Insersi tali pusat pada plasenta terdiri atas :
Selama minggu ke-3 setelah konsepsi, sel-sel trofoblas korion menyusup ke dalam desidua basalis. Karena kapiler uterus digunakan arteri spiralis endometrium (ruang yang terbentuk) terisi darah ibu. Villi korion membentuk ruang-ruang yang memilkidua lapisan sel: sinsitiaal luar dan sititrofoblas dalam. Lapisan ketiga berkembang menjadi septum-septum yang menancap, mencapai desidua yang menonjol menjadi daerah-daerah yang terpisah yang di sebut kotiledon. Pada setiap plasenta terdapat 15-20 kotiledon, yang terdapat cabang villi korion dengan system pembentukan pembuluh darah janin ayng rumit. Setiap kotiledon merupakan unit yang funsional. Keseluruhan struktur ini di sebut plasenta.
Sirkulasi embrio-plasenta-ibu terjadi pada hari ke-17, saat jantung embrio mulai berdenyut. Pada minggu ke-3 darah embrio bersirkulasi diantara embrio dan villi korion.
Darah venosa (tanpa oksigen) meninggalakan janin melalui arteri umbilikalis dan masuk ke dalam plasenta. Di dalam villi ia membentuk system arteri-kapiler-vena. Villi ini terbenam dalam lakuna sehingga darah vena janin dan ibu tidak bercampur. Darah arteri (teroksigenasi) masuk ke dalam janin melalui vena umbilikalis. Darah maternal masuk ked lam spasium intervilosum dengan cara menyemprot. Karena perbedaan tekanan yang tinggi antara tempat masuknya darah (60-70 mmHg) dengan tekanan di antara villi maka sempat berputar-putar di sekitar villi. Pada saat inilah pertukaran gas dan nutrient antara janin dan ibu terjadi. Selanjutnya darah maternal masuk kembali melalui vena-veana dalam endometrium. Kecepatan aliran darah uteroplasenta naik selama kehamilan, dari 50 ml/menit pada minggu ke-10 sampai 500-600 ml/menit pada saat aterm.
Selaput plasenta (barier plasenta) adalah lapisan yang memisahkan darah maternal dengan darah fetal. Sampai umur 20 minggui selaput plasenta terdiri dari :
Pada sinisitotrofoblas terdapat mikrovilli yang berfungsi memperluas area permukaan pertukaran zat antara janin dan ibu. Setelah umur 20 minggu terjadi hal-hal berikut :
Dengan demikain tuanya kehamilan, selaput plasenta menjadi semakin tipis dan banyak kapiler janin terletak sangat dekat dengan sinisitotrofoblas. Pada akhir kehamilan terbentukalah material fibrinoid yang melapisi sinisitotrofoblas sehingga funsi plasenta semakin menurun.
Fungsi utama plasenta adalah:
Terutama saat kehamilan muda, plasenta mensintsis glikogen, kolesterol dan asam lemak yang merupakan persediaan nutrient dan energi untuk embrio.
Ada 5 mekanisme zat lewat selaput plasenta yaitu :
Tergantung pada perbedaan kadar, konstanta difusi dan luas permukaan difusi. Zat-zat yang lewat plasenta dengan cara ini adalah oksigen, karbondioksida, karbionmonoksida. Beberapa senyawa / obat dengan molekul kecil dapat pula lewat.
Transport gula dari ibu ke janin lebih cepat dibandingkan perhitunan menggunakan persamaan difusi untuk difusi sederhana, terdapat suatu pembawa yang bekerja kea rah konsentrasi rendah (berbeda denagn transport aktif yang bekerja kea rah konsentrasi tinggi). Zat lain misalnya tiroksin, tiamin, alcohol,morfin dan zat-zat lain dengan berat molekul kurang dari 1000. molekul dengan berat lebih dari 1000 (protein darah, insulin, hormone-hormon pituitari dan HCG) tidak akan lewat dengan cara difusi.
Zat yang lewat antara lain asam amino esensial dan vitamin yang larut dalam air. Transport disini dibantu dengan aktivitas enzymatic. Vitamin yang larut dalam air lewat selaput plasenta lebih cepat daripada yang larut dalam lemak.
Pinositosis adalah suatu bentuk transport dengan cara memasukan zat secara utuh dengan pertolongan pseudopodia sinsisiotrofoblas. Protein kompleks, sejumlah lemak, benda-benda imun dan bahkan virus dapat menembus plasenta dengan cara ini. Alfa dan beta globulin sukar menembus selaput plasenta, tetapi gamma globulin terutama Ig G dengan mudah melewati selaput plasenta.
Terjadi karena adanya kebocoran villi, sehingga selaput plasenta robek. Keadaan ini terjadi missal saat persalinan. Pada saat ini darah merah janin dapat dengan mudah memasuku sirkulasi maternal. Peristiwa inilah yang digunakan untuk menerangkan terjadinya sensitisasi pada inkompatibilitas factor Rh.
Hormone ini dibuat oleh sinsitiotrofoblas dan di sekresi ke dalam darah ibu. HCG dibuat sejak trofoblas dibentuk, selama minggu ke-2 dan mencapai puncaknya pada 2 sampai 2,5 bulan setelah hari pertama mens terakhir. Jumlahnya mencapai 80.000-100.000 mu/ml plasma atau urin. Setelah itu kadarnya turun lagi menjadi 5000-10.000 mu/ml dan terus bertahan sampai akhir kehamilan.
Fungsi utama hormone ini adalah luteotropik, yaitu mengubah korpus luteum menstruasi menjadi  korpus luteum kehamilan yang tetap mensekresi progesterone dan esterogen untuk memertahankan kehamilan. Tes untuk HCG adalah tes inhibisi dengan kepekaan 700-8—mu/ml untuk menhindari reaksi positif palsu dengan LH (subunit LH mengadakan reaksi silang dengan HCG)
Hormon ini dibuat oleh sinsitiotrofoblas dan masuk ke dalam sirkulasi maternal. Makin tua kehamilan, produksinya makin naik. Memiliki sifat lactogenik artinya ikut mempersiapkan payudara untuk laktasi, juga memiliki sifat diabetogenik dan balans nitrogen yang positif. Pada insufisiensi plasenta kadarnya sangat rendah sehingga pemeriksaan serial HCS dapat menjadi salah satu parameter untuk mnentukan fungsi plasenta.
Kedua hormone ini juga merupakan hormone protein yang disekresi oleh lasenta, peran fisiologisnya belum diketahui scara pasti.
Plasenta tidak dapat mensintesis esterogen dari bahan yang sederhana seperti asetat atau kolesterol tetapi plasenta dapat mengubah kolesteol menjadi pregnenolon, lalu menjadi progesteron. Plasenta tidak dapat mengubah progesterone menjadi androstenediol (prekusor esteron dan estradiol ) hal ini disebabkan plasenta tidak memiliki enzim 17-hidroksilase da 17,20 desmolase. Akibatnya pregnenolon atau progesterone masuk dalam sirkulasi janin untuk masing-masing diubah menjadi dehidroeplandrosteron (DHEA) atau androstenedion.
Senyawa ini di konjugasi denagn sulfat dan kembali ke lasenta. Dengan enzim sulfatase sulfat diambil dan senyawa ini diubah menjadi berbagai esterogen. Steroid ini dalam bentuk bebas masuk dalam sirkulasi maternal. Dalam hepar ibu mereka dikonjugasi dengan berbagai garam-garam sehingga larut dalam air dan diekskresi lewat urin. Dengan demikian ekskresi estriol dalam urin dapat mencerminkan aktivitas baik jaringan plasenta, janin maupun fungsi hati ibu. Penurunan ekskresi estriol mencerminkan bayi dalam kandungan berada dalam keadaan bahaya. Pembedahan dengan DHEA dapat digunakan untuk menilai fungsi plasenta dan sekaligus kesehatan janin.

Pembentukan pembuluh darah dan darah dimulai pada minggu ke-3 dan bertujuan menyuplai embrio dengan oksigen dan nutrient dari ibu. Pada akhir minggu ke-3, tabung jantung mulai berdenyut dan system kardiovaskuler primitive berhubungan dengan embrio, connecting stalk, korion dan yolk sac. Selama minggu ke-4 dan ke-5 jantung berkembang menjadi organ empat serambi. Pada tahap akhir masa embrio, perkembangan jantung lengakap. Paru-paru janin tidak berfungsi sebagai pertukaran udara pernafasan, sehingga jalur sirkulasi khusus dibentuk untuk menggantikan funsi paru-paru.
Darah janin dialirkan keplasenta melalui aa.umbilikalis, darah ini masuk ke badan janin melalui vena umbilikalis yang bercabang dua setelah memasuki dinding perut janin, cabang yang kecil bersatu dengan venaporta, darah beredar dalam hati kemudian diangkut elalui vena hepatica kedalam vena cava inferior. Cabang duktus venosus arantii langsung masuk kedalam vena cava inferior dengan demikian vena cava inferior mengandung darah bersih tapi dicampuri darah kotor dari anggota bawah Darah dari vena cava inferior setelah masuk ke dalam serambi kanan sebagian masuk ke serambi kiri melalui foramenovale, dan sebagian mengalir ke dalam bilik kanan bersama-sama dengan draah vena cava superior yang membawa darah dari kepala dan anggota atas.
Darah dari bilik kanan masuk ke a.pulmonalis, sebagian dialirkan keaorta melalui ductus arteriosus botalli, sebagian kecil ke paru-paru dan melalui vena pulmonalis masuk ke serambi kiri dan bersama darah dari vena cava inferior masuk ke dalam bilik kiri dan terus ke aorta.
Ada tiga karakteristik khusus yang memampukan janin memperoleh oksigen cukup dari darah ibu:
Dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah:
Untuk menentukan hari perkiraan lahir (HPL, EDC = Expected Date of Confinement). Rumus ini berlaku untuk wanita dengan siklus 28 hari sehingga ovulasi terjadi pada hari  tertentu. Caranya yaitu tanggal HPM + 7 dan bulan – 3.
Membandingkan beberapa patokan antara lain simfisis,…..umbilikus atau prosesus xifiodeus.
Antara simfisis dan pusat dibagi dalam 4 bagian  dan tiap bagian menunjukan kenaikan 1 bulan.
Fundus uteri diukur dengan pita.
Rumus:
(Tinggi fundus dalam cm-n) x 155 = Berat (gram). Bila kepala diatas atau pada spina iskiadika maka n = 12. bila dibawah spina iskiadika maka n = 11.
Biasany dirasakan pada umur kehamilan 18 minggu (primigravida) atau 16 minggu (multigravida)
Menggunakan 3 cara:
Menentukan periode kehamilan
Periode antepartum dibagi dalam tiga trimester, tiap trimester 13 minggu atau 3 bulan kalender yang dikenal dengan trimester I, II, dan III. Pembagian ini tidak boleh dipakai untuk menunjukan umur kehamilan, melainkan hanya untuk menunjukan keadaan-keadaan dan penyulit yang umumnya terjadi. Untuk menunjukan umur kehamilan yang tepat adalah minggu penuh (completed week).
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk (Mansjoer, dkk). Mual dan muntah merupakan gangguan paling sering dijumpai pada kehamilan trimester I. kurang lebih pada 6 minggu setelah haid terakhir selama 10 minggu. hiperemesis gravidarum. Sekitar 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida mengalami mual dan muntah. Namun gejala ini menjadi lebih berat hanya pada 1 dari 1.000 kehamilan. Perasaan mual akibat dari kadar estrogen dan HCG meningkar saat kehamilan.
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia. Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan syaraf, disebabkan karena kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inanisi. Beberapa factor predisposisi dan faktor lain yang ditemukan adalah:
Batas jelas antara mual yang masih fisiologis dalam kehamilan dengan hiperemesis gravidarum tidak ada, tetapi bila keadaan penderita terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu:
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah,nafsu makan tidak ada,berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrum. Nadi meningkat sekitar 100 per menit,tekanan darah sistolik menurun,turgor kulit mengurang, Lidah mongering dan mata cekung.
Penderita tampak lebi\h lemah dan apatis, Turgor kulit lebih mengurang lidah mengerinng dan Nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang  naik dan mata sedikit ikteris.Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menuru dari somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopati wernicke, denganm gejala:nistagmus, diplopia dan perubahan mental.keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk,vitamin B kompleks.timbulnya ikterus menunjukan adanya payah hati
Pencegahan trhadap hiperemesis gravidarum prlu dilaksanakan dengan jalan memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologi, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisiologi pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering.waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biscuit dengan teh  hangat. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.defekasi yang teratur hendaknya dapat dijamin, menghindarkan kekurangan karbohidrat merupakan factor yang penting, oleh karenanya dianjurkan makan yang banyak mengandung gula(Wiknjosastro, 2006).
Apabila dengan cara tersebut diatas gejala dan keluhan tidak berkurang maka diperlukan pengobatan. Tetapi perlu diingat untuk tidak memberikan obat yang teratogen. Sedative yang sering digunakan adalah Phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6. Antihistaminika juga dianjurkan seperti dramamin, avomin. Pada keadaan lebih berat diberikan antiemetic seperti disiklomin hidrokloride atau khlorpromasin. Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu di rumah sakit.
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara yang baik. Catat cairan yang keluar dan masuk. Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk kedalam ruangan penderita, sampai muntah berhenti dan penderita mau makan. Tidak diberikan makanan atau minuman selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit ini bias disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan. Kurangi pekerjaan serta masalah dan konflik, yang kirannya dapat menjadi latar belakang masalah ini.
Berikan cairan [parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glucose 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu ditambah kaliun dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C dan bila ada kekurangan protein dapat pula diberikan asam amino secara intra vena.
Dibuat daftar cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Air kencing perlu diperiksa sehari-hari terhadap protein, aseton, klorida, dan bilirubin. Suhu dan nadi diperiksa setiap 4 jam, tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan selanjutnya menurut keperluan. Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik dapat dicoba untuk memberikan minuman, dan lambat laun minuman dapat ditambahkan dengan makanan yang tidak cair. Dengan penanganan diatas pada umumnya gejala-gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik.
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medic dan psikatrik bila keadaan bertambah buruk. Delirium, kebutaan, takhikardi, ikhterus, anuria, dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organic. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamiloan. Keputusan untuk melakukan abortus terapiutik sering sulit diambil, karena da satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital.

Menurut Muslihatun Wafi Nur dkk (2009) pengkajian merupak suatu langkah awal yang dipakai dalam menerapkan asuhan kebidanan pada pasien. Pada tahap ini semua data dasar dan informasi yang akurat dan lengkap tentang klien dikumpulkan dan dianalisis unuk mengevaluasi keadaan klien, maka pada pengkajian difokuskan pada:
Nama                     : Dikaji dengan tujuan agar dapat
                                 mengenal/memanggil penderita dan tidak keliru dengan penderita lain (Ibrahim, 1996)
Umur                     :Dikaji untuk mengetajui usia aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun (Prawirohardjo, 2002)
Agama                   : Dikaji untuk menuntun kesuatu diskusi tentang pentingnya agama dalam kehidupan pasien, tradisi keagamaan dalam kehamilan dan persalinan (Ibrahim, 1996)
Suku/bangsa          : Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehri-hari (Ibrahim, 1996)
Pendidikan            : Berpengaruh pada tingkat penerimaan pasien terhadap konseling yang diberikan serta tingkat kemampuan pengetahuan ibu terhadap keadaannya (Muslihatun Wafi Nur dkk, 2009)
Pekerjaan               : Berkaitan dengan keadaan pasien maka pekerjaan perlu dikaji apakah keadaan terlalu berat sehingga dapat meningkatkan resiko terjadinya keadaan yang lebih parah (Muslihatun Wafi Nur dkk 2009).
Alamat                   : Dikaji untuk mengetahui ibu tinggal dimana dan diperlukan bila mengadakan kunjungan pada penderita (Ibrahim, 1996)
Menurut Muslihatun Wafi Nur dkk (2009) keluhan utama berkaitan dengan kejadian yang dirasakan pasien
Menurut Muslihatun Wafi Nur dkk (2009) riwayat kesehatan yang lalu ditunjukkan pada pengkajian penyakit yang diderita pasien yang dapat menyebabkan terjadinya keadaan yang sekarang. Perlu dikaji juga ibu mempunyai penyakit jantung, asma,hipertensi, dm, karena jika penyakit-penyaki tersebut sudah ada sebelum ibu hamil maka akan diprberat dengan adanya kehamilan, dapat beresiko pada waktu persalinan.
Menurut Muslihatun Wafi Nur dkk (2009) riwayat kesehatan ini dikaji untuk mengetahui adakah penyakit yang diderita pasien seperti penyakit jantung, asma, hipertensi, dan DM
Menurut Muslihatun Wafi Nur dkk (2009) riwayat kesehatan ini dikaji untuk mengetahui apakah ada riwayat kembar pada keluarga, selain itu juga dikaji adakah riwayat kecacatan pada keluarga.
Menurut Muslihatun Wafi Nur dkk (2009) riwayat menstruasi dikaji untuk mengetahui usia kandungan apakah sudah aterm atau belum, melalui HPHT (hari pertama haid terakhir) karena bila dijumpai ibu bersalin dengan preterm, (<37minggu) merupakan kontraindikasi dilakukannya indikasi persalinan, selain itu untuk mengetahui apakah ibu ada riwayat keputihan, karena jika ada keputihan ya ng sifatnya patologis, maka ada kemungkinan terjadi infeksi.


Menurut Muslihatun Wafi Nur dkk (2009) perlu dikaji untuk menyatakan tentang keadaan kehamilan ibu yang sekarang ini.
Menggambarkan tentang kebutuhan nutrisi ibu selama hamil, apakah sudah sesuai dengan gizi seimbang untuk ibu hamil (Muslihatun Wafi Nur dkk, 2009).
Menggambarkan pola fungsi ekskresi, kebiasaan BAB (frekuensi, jumlah, konsistensi, bau) dan kebiasaan BAK (warna, frekuensi, jumlahdan terakhir kali ibu BAB atau BAK), karena jika ibu mengalami kesulitan BAB maka kemungkinan ibu sering mengejan sehingga uterus berkontraksi (Muslihatun Wafi Nur dkk, 2009).
Menggambarkan tentang pola istirahat ibu, yaiti berapa jam ibu tidur siang dan berapa jam ibu tidur malam, karena berpengarh terhadap kesehatan fisik ibu (Muslihatun Wafi Nur dkk, 2009).
Menggambarkan pola hygiene pasien, misalnya berapa kali ganti pakaian dalam, mandi, gosok gigi dalam sehari dan keramas dalam satu minggu. Pola ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah pasien menjaga kebersihan dirinya (Muslihatun Wafi Nur dkk, 2009).
Untuk mengetahui kapan ibu terakhir melakukan hubungan sexual dengan suami karena prostaglandin yang terkandung dalam sperma dapat merangsang terjadinya kontraksi (Muslihatun Wafi Nur dkk, 2009).
Untuk mengetahui apakah pekerjaan ibu sehari-hari terlalu berat, sehingga dapat mempengaruhi kehamilan (Muslihatun Wafi Nur dkk, 2009).
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui sejauh mana respon, tanggapan, dukungan yang diberikan suami dan keluarga, serta kecemasan pasien dan keluarga dalam menghadapi masalah yang terjadi dalam proses persalinan (Muslihatun Wafi Nur dkk, 2009).
Dikaji untuk menentukan pertambahan berat badan total, atau untuk membantu mengevaluasi keparahan edema yang disertai preeklamsi (Varney, 2002)
Dikaji karena pada ibu hamil yang tinggi badannya kurang dari 140 cm, dicurigai adanya disproporsi sefalo pelvik (Mansjoer, 1999).
Untuk mengetahui berapa lingkar lengan atas ibu, karena bila kurang dari 23,5 cm ibu menderita KEK ( Kekurangan Energi Protein).

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan pada organ tubuh pasien (Muslihatun Wafi Nur dkk, 2009).
Untuk mengetahui bentuk kepala, kulit kepala dan kebersihan rambut (Prihardjo, 2007).
Untuk mengetahui pucat karena anemia (Prihardjo, 2007).
Dilihat dari konjungtiva pucat atau tidak, bila ditemukan pucat berarti mengarah pada anemia, sklera kuning atau tidak bila kuning mengarah pada hepatitis (Saefudin, 2002).
Untuk mengetahui kebersihan hidung dan ada kelainan pada hidung atau tidak (Prihardjo, 2007).
Untuk mengetahui kebersihan telinga (Prihardjo, 2007).
Untuk mengetahui apakah ada kelainan pada bibir, lidah dan gigi (Prihardjo, 2007).
Untuk mengetahui ada pembesaran kelenjar (Liewellyn, 2001).
Untuk mengetahui ada tidaknya kelainan pada pernafasan normal atau tidak (Prihardjo, 2007).
Untuk mengetahui ada tidaknya luka bekas operasi, tumor, linea nigra, dan strie grafidarum (Liewellyn, 2001).
Untuk mengetahui varises, tumor, tanda-tanda infeksi atau penyakit menular sexual (Liewellyn, 2001).
Untuk mengetahui adanya haemoroid atau tidak (Liewellyn, 2001).
Pemeriksaan ekstremitas harus mencakup pengkajian reflek tendon dalam, pemeriksaan adanya edema tungkai dan vena verikosa dan pemeriksaan ukuran tangan dan kaki bentuk serta letak jari tangan dan jari kaki, kelainan menunjukkan gangguan genetik (Wheeler, 2004).
Pada abdomen adakah bekas operasi SC, pembesaran uterus, apakah ada ketegangan perut karena kehamilan, pada genetalia apakah keluar cairan berwarna jernih, berbau khas (Muslihatun Wafi Nur dkk, 2009).
Apabila dari hasil palpasi ditemukan mal persentasi serta gemeli, tinggi fundus uteri(Muslihatun Wafi Nur dkk, 2009).
Untuk mengetahui apakah DJJ < 120 atau > 160 kali permenit berarti kemungkinan terjadi gawat janin sampai dapat menyebabkan kematian janin (Muslihatun Wafi Nur dkk, 2009).
Data penunjang diperlukan untuk mengetahui apakah tindakan persalinan dapat berjalan normal apa tidak seperti penunjang dari hasil laboratorium, USG, Periksa panggul luar (Muslihatun Wafi Nur dkk, 2009).
Menurut Muslihatun Wafi Nur dkk (2009), pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap masalah atau diagnosa berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Diagnosa kebidanan adalah diagnosis ditegakkan yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan dirumuskan secara spesifik. Masalah psikologi berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita tersebut
Diagnosa atau masalah potensial diidentifikasi berdasarkan diagnosis atau masalah yang telah teridentifikasi. Langkah ini penting dalam melakukan asuhan yang aman (Wafi Nur, 2009).
Antisipasi tindakan segera dibuat berdasarkan hasi identifikasi pada diagnosa potensial. Langkah ini digunakan untuk mengidentifikasi dan menetapkan penanganan segera untuk mengantisipasi dan bersiap-siap terhadap kemungkinan yang terjadi akibat perdarahan (Muslihatun Wafi Nur dkk , 2009).
Menurut Muslihatun Wafi Nur dkk (2009) langkah ini direncanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan oleh hasil kajian pda langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan menyeluruh tidak hanya meliputi yang sudah teridentifikasi atau setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga dapat dari kerangka pedoman ntisipasi terhadap wanita tersebut apa yang akan terjadi berikutnya, apakah dia membutuhkan penyuluhan, konseling, atau rujukan bila ada masalah yang berkaitan dengan aspek sosial-kultural, ekonomi atau psikologi. Setiap rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak sehingga asuhan yang diberikan dapat efektif, karena sebagian dari asuhan akan dilaksanakan pasien.
Menurut Muslihatun Wafi Nur dkk (2009), melaksanakan asuhan menyeluruh yang telah direncanakan secara efektif dan aman. Pelaksanaan asuhan ini sebagian. Pelaksanaan asuhan ini sebagian dilakukan oleh bidan, sebagian oleh klien sendiri atau oleh petugas lainnya. Walau bidan tidak melaksanakan seluruh asuhan sendiri, teapi dia tetap memiliki tanggug jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya memantau rencananya benar-benar terlaksana).

Pada langkah ini dievaluasi keefektifan asuhan yang telah diberikan, apakah telah memenuhi kebutuhan asuhan yang telah teridentifikasi dalam diagnosis maupun masalah. Pelaksanaan rencana asuhan tersebut dapat dianggap efektif apabila ibu mengalami perkembangan yang lebih baik. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut terlaksana dengan efektif dan mungkin sebagian belum efektif. Karena proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinabungan maka perlu evaluasi, kenapa asuhan yang diberikan belum efektif. Langkah-langkah proses manajemen umunya merupakan pengkajian yang memperjelas proses berfikir yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis, karena proes manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi klinik. ( Muslihatun Wafi Nur dkk, 2009)

Kewenangan bidan menurut PERMENKES RI NOMOR 1464/MENKES/PER/2010.
Pasal 9
Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi:
Pasal 10
(1).  Pelayanan kesehatan  ibu sebagai mana dimaksud dalam  pasal 9 huruf a diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas dan menyusui dan masa antara dua kehamilan.
(2).  Pelayanan kesehatan ibu sebagai mana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
  (3). Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berwenang untuk:
Peran Fungsi dan Kompetensi Bidan
Peran fungsi dan kompetensi bidan adalah sebagai berikut:

Mengakaji kebutuhan asuhan yang berkaitan dengan komplikasi dan keadaan kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi. Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas sesuai dengan factor resiko dan keadaan kegawat daruratan pada kasus resiko tinggi. Menyusun rencana asuhan dan tindakan pertolongan pertama sesuai prioritas. Melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus ibu hamil resiko tinggi dan memberikan pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.
Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama. Menyusun rencana tindakan lanjut bersama klien. Membuat catatan dan laporan

Mengakaji kebutuhan asuhan kebidanan yang melalui konsultasi dan rujukan.
Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas Memberikan pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan. Mengirin klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut kepada petugas/institusi pelayanan kesehatan yang berwenang. Membantu pencatatan dan laporan serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan intervensi.
Kompetensi bidan
ASUHAN DAN KONSELING SELAMA KEHAMILAN
Kompetensi ke-3 : Bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi: deteksi dini, pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu.
Pengetahuan Dasar

Pengetahuan Tambahan
1. Tanda, gejala dan indikasi rujukan pada komplikasi tertentu dalam kehamilan, seperti asma, infeksi HIV, infeksi menular seksual (IMS), diabetes, kelainan jantung, postmatur/serotinus.
2. Akibat dari penyakit akut dan kronis yang disebut diatas bagi kehamilan dan janinnya.

Keterampilan Dasar
a. Kekurangan gizi.
b. Pertumbuhan janin yang tidak adekuat: SGA & LGA.
c. Pre eklamsia berat dan hipertensi.
d. Perdarahan per-vaginam.
e. Kehamilan ganda pada janin kehamilan aterm.
f. Kelainan letak pada janin kehamilan aterm.
g. Kematian janin.
h. Adanya adema yang signifikan, sakit kepala yang hebat, gangguan pandangan, nyeri epigastrium yang disebabkan tekanan darah tinggi.
i. Ketuban pecah sebelum waktu (KPD=Ketuban Pecah Dini).
j. Persangkaan polyhydramnion.
k. Diabetes melitus.
l. Kelainan congenital pada janin.
m. Hasil laboratorium yang tidak normal.
n. Persangkaan polyhydramnion, kelainan janin.
o. Infeksi pada ibu hamil seperti : IMS, vaginitis, infeksi saluran perkemihan dan saluran nafas.
a. Menggunakan Doppler untuk memantau DJJ.

b.Memberikan pengobatan dan/atau kolaborasi terhadap penyimpangan dari keadaan normal dengan menggunakan standar local dan sumber daya yang tersedia.
c. Melaksanakan kemampuan Asuhan Pasca Keguguran.

Standar Bidan Dalam Pemberian Asuhan pada Ibu Hamil
standar 3 : identifikasi Ibu hamil berisikan bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannnya sejak dini dan secara teratur

standar 4 :pemeriksaan dan pemantauan antenatal bidan memberikan sedikitnya 4x pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantaqu ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan risti/kalinan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS/infeksi HIV, memberikan pelayanan imunisasi, nasihat dan penyuluhan kesehatan.

standar 5 : palpasi Abdominal berisiskan bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, posisi, letak janin serta mencari kelainan sehingga dapat melakukan rujukan tepat waktu

standar 6 : Pengelolaan Anemia pada kehamilan berisikan bidan melakukan tindakan pencegahan , penemuan, penanganan dan/atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan

standar 7 : pengelolaan Dini Hipertensi pada kehamilan berisikan bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda sert gejala preklamsia

standar 8 : persiapan persalinan berisikan bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya pada tri mester ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik, disamping persiapan yang lain dan biaya untuk merujuk apabila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat.








BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL “ NY S “G1 P0 A0
UMUR KEHAMILAN 9 MINGGU 1  HARI DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM
DI BPS SRI RAHAYU GLIDAG PLAYEN GUNUNGKIDUL
Tanggal       : 22 Oktober 2010
Pukul          : 07.05 WIB
Nama                : Ny. “ S ”                               Tn. “R”
Umur                : 23 tahun                                27 tahun
Agama              : Islam                                     Islam
Suku/bangsa     : Jawa/Indonesia                     Jawa/Indonesia
Pendidikan       : SMA                                     SMA
Pekerjaan          : IRT                                        Swasta
Alamat              : Glidag, logandeng  Playen Gunungkidul
Ibu ingin memeriksakan kehamilannya
Ibu mengeluh mual muntah setiap sehabis makan atau minum sejak 1 minggu, makan dan minum mau, sejak tadi pagi muntah lebih dari 7x
Ibu mengatakan tidak pernah/ sedang mengalami penyakit kardiovaskuer (Jantung dan hipertensi), respirasi (TBC dan ISPA), Endokrin (DM, Hipotiroid, Hipertiroid), Gastrointestinal (Gastritis, thypoid), orogenital (ISK, Infeksi ginjal). Syaraf (epilepsy, kejang non epilepsy) dan reproduksi (PMS, Sifilis, GO, Herpes, HIV/AIDS).



Ibu mengatakan anggota keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular (TBC, Hepatitis), Menurun (Jantung, Hipertensi, Asma dan DM), menahun (paru- paru, ginjal)
Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat kembar baik dari pihak ibu maupun suami.
Ibu mengatakan tidak pernah operasi
Ibu mengatakan tidak pernah alergi terhadap obat apapun seperti jenis obat Antibiotik, Anti piretik dan lainnya.
Menikah            : 1 kali
Lama menikah  :  5 bulan
Usia menikah    : 22 tahun
Menarche     : 13 tahun                     
Banyaknya   : Hari 1-3, ganti pembalut 3xsehari (penuh)
                       Hari 4-5, ganti pembalut 3xsehari (1/2 penuh)
                       Hari 6-7, ganti pembalut2 xsehari (1/4-bercak)
Lama haid    : 6-7 hari            
Warna           : merah tua
Konsistensi   : cair, stosel
Siklus haid   : 28 hari teratur
HPHT           : 19 - 08 - 2010
HPL             : 26 -05 - 2011               
Uk                : 9 minggu 1 hari
Keluhan        : tidak ada



Hamil
ke
Persalinan
Nifas
Tgl/ tahun lahir
UK
Jenis persalian
penolong
komplikasi
Jenis kelamin
BB lahir
laktasi
komplikasi
Hamil ini











      Frekuensi ANC TM 1 : 2 kali di bidan
                             Keluhan : mual,muntah
                             Therapy : anti mual


NO
Jenis kontrasepsi
Pasang
lepas
tahun
Oleh
tempat
keluhan
tahun
oleh
tempat
alasan
1
Ibu belum pernah menggunakan KB apapun








Makan             Sebelum Hamil                                    selama hamil
Frekuensi       : 3x sehari                                             2 kali sehari
Jumlah            : 1 porsi                                                 I porsi sedikit
Jenis               : Nasi, Lauk, Sayur dan buah               Nasi, sayur, lauk

Pantangan      : Tidak ada                                           Tidak ada
Keluhan         : Tidak ada                                           mual, muntah
Minum
Frekuensi       : 6-7x sehari                                          5 gelas sehari
Jumlah            : 1 gelas penuh                                      1 gelas tidak penuh
Jenis               : Air putih, Teh, susu                            Air putih
Pantangan      : Tidak ada                                           Tidak ada
Keluhan         : Tdak ada                                            muntah

BAB    
Frekuensi       : 1x / hari                                              0-1x / hari                                  
Konsistensi    : lunak                                                   lunak
Warna              : kuning kecoklatan                             kuning kecoklatan
Bau                  : Khas feses                                         Khas feses
Keluhan         : Tidak ada                                           Tidak ada
BAK     
Frekuensi       : 4-5 x / hari                                          4 x/ hari
Warna            : Kuning jernih                                     Kuning jernih
Bau                : Khas urine                                          khas urine
Jumlah            : banyak                                                sedikit
Keluhan         : Tidak ada                                           tidak ada

Mandi            : 2x /hari                                               2x /hari
Keramas         : 3x /minggu                                         3-4x /minggu
Ganti Pakaian  : 2x /hari                                              2x /hari
Sikat gigi        : 3x /hari                                               2x /hari
Tidur siang     : 1 jam sehari                                        tidak ada
Tidur malam   : 7 jam sehari                                        6 jam sehari
Keluhan         : Tidak ada                                           susah tidur
Sebelum hamil 3x/ minggu
Selama hamil ini baru 3x


Keadaan umum   : Agak lemah                 
Kesadaran            : Composmentis
Status emosi        : Stabil
Tanda-tanda Vital 
                           Tekanan darah  : 100/ 60 mmHg
                             Pernafasan       : 20 x/menit
                           Nadi                 : 107 x/menit
                           Suhu                 : 38 °C
        Berat Badan        : 60 kg               
Tinggi Badan       :151 cm             

Kepala     : Bentuk Mesocephal, tidak ada bekas luka operasi, rambut tidak   rontok
Muka       : Bentuk simetris, tidak berjerawat, tidak ada bekas luka operasi, tidak oedema.
Mata        : Simetris, tidak ada sekret, konjungtiva merah muda, sklera putih, kelopak mata
                   tidak oedema
Hidung    : Simetris, tidak ada sekret, tidak ada polip
Telinga     : Simetris, bersih, tidak ada sekret, tidak ada serumen, tidak ada benjolan.
Mulut       : Mukosa bibir kering, tidak pucat, tidak sianosis, tidak ada stomatitis
Gigi          : Tidak ada karies gigi, gigi tidak berlubang, gusi tidak berdarah dan tidak
                   Bengkak
Lidah       : Mengering,  tidak ada pembesaran dan pembengkakan Kel.tonsil
Leher       : Tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada pembesaran dan pembengkakan
                   kelenjar parotis, tiroid, paratiroid dan kelenjar limfe.
Dada        : Simetris, tidak ada luka bekas operasi, gerakan nafas teratur, tidak ada retraksi
                    dinding dada, tidak wheezing.
Payudara  : Simetris, tampak membesar, terdapat hiperpigmentasi pada areola dan papilla
                   mamae
Abdomen : tidak ada luka bekas operasi, tidak ada strie gravidarum, teraba ballotement
Genitalia    : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas Atas      :Simetris, bentuk normal, tidak polidaktili, tidak oedem, pergerakan
                                   Aktif  dan kuku bersih dan tidak pucat
Ekstremitas Bawah  :Simetris, bentuk normal, tidak polidaktili, tidak oedem dan varices,
                                   pergerakan aktif , kuku bersih dan tidak pucat

     Belum di lakukan pemeriksaan
Seorang ibu Ny S umur 23 tahun G1 P0 A0 dengan hiperemesis gravidarum tingkat 1
Data Dasar
DS:

           DO:
Keadaan umum   : Agak lemah                 
Kesadaran            : Composmentis
Status emosi        : Stabil
Tanda-tanda Vital 
                           Tekanan darah  : 100/ 60 mmHg
                           Pernafasan        : 20 x/menit
                           Nadi                 : 107 x/menit
                           Suhu                 : 38 °C

Ketidaknyamanan trimester 1
Dasar : ibu mengatakan mual muntah setiap habis makan atau minum
            Ibu mengeluh susah tidur
KIE tentang ketidaknyamanan pada trimester 1

Dehidrasi

Rehidrasi

        Tanggal 22 Oktober  2010, Pukul 07.10 WIB
Tanggal 22 Oktober 2010, Pukul 13.15 WIB

Tanggal 9 Juli 2009, Pukul 13.30 WIB















BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah melakukan asuhan kebidanan pada kasus kehamilan Ny.’’ S “Di BPS Sri Rahayu dengan hiperemesis gravidarum. Penulis menemukan adanya kesenjangan maupun persamaan pada teori dan kasus yang penulis teliti dengan menerapkan 7 langkah Manajemen Asuhan Kebidanan menurut Varney's, sebagai berikut :
Berdasarkan studi kasus umur ibu termasuk umur yang aman untuk hamil yaitu 23 tahun. Menurut Prawirohardjo (2002) umur yang aman untuk hamil dan bersalin adalah 20-30 tahun.
Berdasarkan studi kasus ibu baru pertama kali hamil ( primigravida), dan menurut Wiknjosastro (2006) factor predisposisi terjadinya hiperemesis gravidarum adalah ibu yang hamil primigravida, molahidatidosa, dan kehamilan ganda.

            Interpretasi data pada studi kasus dan tinjauan askeb tidak terdapat kesenjangan pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap masalah atau diagnosa berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. (Muslihatun Wafi Nur dkk,  2009)



Pada langkah diagnosa masalah potensial antara studi kasus dan tinjauan askeb tidak memiliki kesenjangan diagnosa pada studi kasus ditegakkan berdasarkan diagnosa masalah yang sudah teridentifikasi seperti pada tinjauan askeb.
Pada langkah antisipasi tindakan segera antara kasus dan tinjauan askeb tidak memiliki kesenjangan tindakan yang dilakukan sesuai dengan tinjauan askeb yaitu mengidentifikasi dan menetapkan penanganan segera untuk mengantisipasi dan bersiap-siap terhadap kemungkinan yang terjadi akibat hiperemesis gravidarum ( Muslihatun Wafi Nur, 2009).
Perencanaan pada kasus telah sesuai dengan tinjauan askeb dimana langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan menyeluruh tidak hanya meliputi yang sudah teridentifikasi atau setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga dapat dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut apa yang akan terjadi berikutnya, apakah dia membutuhkan penyuluhan, konseling, atau rujukan bila ada masalah yang berkaitan dengan aspek sosial-kultural, ekonomi atau psikologi. Setiap rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak sehingga asuhan yang diberikan dapat efektif, karena sebagian dari asuhan akan dilaksanakan pasien ( Muslihatun Wafi Nur, 2009).
Tindakan yang dilakukan sudah berdasarkan perencanaan yang telah dibuat dan sesuai dengan diagnosa, masalah, serta kebutuhan. Tindakan yang telah dilakukan yaitu:
Dalam melakukan evaluasi tidak ditemukan kesenjangan karena setiap tindakan yang dilakukan untuk mengatasi diagnosa, sesuai dengan teori dan tindakan. Hal ini menunjukkan adanya kesamaan antara, teori dan kasus, yaitu, yaitu meliputi evaluasi hasil tindakan yang didasari oleh perencanaan dimana perencanaan tersebut juga didasari oleh diagnosa, masalah dan kebutuhan.







BAB V
PENUTUP
  1. Kesimpulan
Setelah melakukan pengkajian asuhan kebidanan pada “Ny.S” umur 23 tahun G1P0A0 dengan hiperemesis gravidarum, penulis menyimpulkan bahwa:
Tanda-tanda Vital
                           Tekanan darah  : 100/ 60 mmHg
                           Pernafasan        : 20 x/menit
                           Nadi                 : 107 x/menit
                           Suhu                 : 38 °C

  1. Saran
Diharapkan pada petugas kesehatan agar menerapkan manajemen asuhan kebidanan dan lebih meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan terutama untuk menangani ibu dengan biperemesis gravidarum.
Daharapkan semua in<><><><>

Laporan magang BBL

LAPORAN MAGANG



ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI PATOLOGIS BAYI NY ” E ”
UMUR 0 HARI DENGAN BBLR  DI BPS SRI RAHAYU
GLIDAG, LOGANDENG, PLAYEN, GUNUNGKIDUL


Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan Praktek Magang Kebidanan
Program Studi Diploma IV Bidan Pendidik Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Respati Yogyakarta
















Diajukan Oleh:

RAHAYU WIDARYANTI
10140215




PROGRAM STUDI DIPLOMA IV  BIDAN PENDIDIK
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI
YOGYAKARTA
2010



HALAMAN PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI PATOLOGIS BAYI NY ” E ”
UMUR 0 HARI DENGAN BBLR  DI BPS SRI RAHAYU
GLIDAG, LOGANDENG, PLAYEN, GUNUNGKIDUL


Laporan Praktek Klinik Kebidanan Magang
Yang dipersiapkan dan disusun Oleh

RAHAYU WIDARYANTI
10140215

Telah disetujui
Pada tanggal :
Oleh dosen pembimbing:

Pembimbing Lahan                                         Pembimbing Akademik
Tanggal :                                                         Tanggal


Sri Rahayu, Amd. Keb                                   Sri Wulandari, S.Si.T
NIK : 107210281992032004                          NIP : 406707002






LEMBAR PENGESAHAN


ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI PATOLOGIS BAYI NY ” E ”
UMUR 0 HARI DENGAN BBLR  DI BPS SRI RAHAYU
GLIDAG, LOGANDENG, PLAYEN, GUNUNGKIDUL



Laporan Praktek Klinik Kebidanan Magang
Yang dipersiapkan dan disusun Oleh


RAHAYU WIDARYANTI
10140215


Telah disetujui oleh
Dosen Pembimbing Laporan Praktek Klinik Kebidanan Magang
Pada tanggal               2011

Pembimbing Lahan                                                       



Sri Rahayu, Amd. Keb                                               Tanggal:
NIK : 107210281992032004

Pembimbing Akademik



Sri Wulandari, S.Si.T                                                  Tanggal :
NIP : 406707002

Laporan Praktek Klinik Kebidanan Magang ini Telah Diterima
Tanggal                       2011
Mengetahui,
Ketua Program Studi Diploma IV Bidan Pendidik
Fakultas Ilmu KesehatanUniversitas Respati Yogyakarta




Murni, S.Si.T, S.Pd, M.Sc
NIK : 450709005


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga tugas penyusunan laporan magang dengan judul ”Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny.E umur 0 hari dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di BPS Sri Rahayu Glidag Logandeng Playen Gunungkidul” dapat terselesaikan dengan baik.
Laporan magang ini disusun sebagai persyaratan dalam menyelesaikan praktik magang pendidikan Diploma IV Bidan Pendidik Fakultas Ilmu Kesehatan di Universitas Respati Yogyakarta
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proses penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati perkenankanlah penulis menyampaikan hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
Penulis menyadari bahwa laporan magang ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan magang yang akan disusun.
Harapan penulis semoga laporan magang ini bermanfaat.
Wassalaamualaikum wr.wb.

                                                                                       Yogyakarta,    2010

                                                                                                 Penulis







BAB I
PENDAHULUAN
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menunjukkan angka kematian bayi (AKB), khususnya angka kematian bayi baru lahir (neonatal) masih berada pada kisaran 34/1000 kelahiran hidup dimana angka ini merupakan angka yang cukup besar. Menurut profil kesehatan Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki angka kematian bayi terendah yaitu 19/1000 kelahiran hidup. Penyebab utama kematian bayi adalah berat badan lahir rendah (BBLR) sebanyak 29%. Di Negara berkembang, kelahiran BBLR masih cukup tinggi. Di Asia Selatan insidensi BBLR sebanyak 22%, dan di Indonesia insidensi BBLR sebanyak 20 %  (Depkes, 2007).
Kematian bayi (perinatal) dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari faktor ibu maupun faktor bayi. Salah satu faktor penyebab kematian bayi adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau yang sering disebut dengan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) yang mempunyai kondisi sangat rentang terhadap hipotermia dan infeksi (Prawirohardjo,2006).
Berat badan lahir rendah (BBLR) banyak ditemukan dengan berbagai penyebab, dimana bayi BBLR seringkali mempunyai banyak masalah dan akhirnya dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas pada bayi. Bayi berat lahir rendah (BBLR) mungkin premature (kurang bulan), mungkin juga cukup bulan (dismatur), BBLR sangat rentan terhadap hipotermia dan infeksi. Adapun beberapa penyakit yang berhubungan dengan prematuritas adalah: Sindrom gangguan pernafasan idiopatik (penyakit membrane hialin), pneumonia aspirasi, karena refleks menelan dan batuk belum sempurna. perdarahan spontan dalam ventrikel otak lateral, akibat anoksia otak (erat kaitannya dengan gangguan pernafasan), hipotermia
Beberapa penyakit yang berhubungan dengan dismaturitas adalah sebagai berikut: Sindrom aspirasi mekoneum, hipoglikemia, hiperbilirubinemia, hipotermia
Oleh karena itu bayi dengan berat badan lahir rendah mempunyai risiko kematian tinggi (Sitohang, 2006).
Bila bayi berat lahir rendah ini dapat mengatasi problematik yang dideritanya, maka perlu diamati selanjutnya oleh karena kemungkinan bayi ini akan mengalami gangguan pendengaran, penglihatan, kognitif, fungsi motor susunan saraf pusat, dan penyakit-penyakit seperti hidrosefalus, cerebral palsy, dan sebagainya (Prawirohardjo,2006).
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik mengambil kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny. E Umur 0 Hari Dengan Berat Badan Lahir Rendah di BPS Sri Rahayu Glidag Logandeng Playen Gunungkidul.




Tujuan dilaksanakan penulisan laporan maganag ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus.
  1. Tujuan Umum
Melaksanakan Asuhan Kebidanan pada bayi BBLR dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan dan tujuh langkah Varney.
  1. Tujuan Khusus
Diharapakan dapat menjadi bahan evaluasi bagi lembaga pendidikan dengan mengetahui asuhan kebidanan pada bayi dengan BBLR mahasiswa DIV Bidan Pendidik di Universitas Respati Yogyakarta untuk meningkatkan mutu program studi DIV Bidan Pendidik.
Diharapkan pembimbing atau dosen dapat memberikan bimbingan mengenai asuhan kebidanan bayi BBLR pada mahasiswa DIV Bidan Pendidik di Universitas Respati Yogyakarta sehingga dapat memberikan arahan sesuai dengan tujuan pendidikan.



Metode yang digunakan dalam penulisan laporan magang ini adalah metode Deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif (Notoatmodjo, 2002 : 138). Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan, yaitu :
Pada jenis pengamatan ini, pengamat (Observer) benar-benar mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh sasaran pengamatan (Observer). Dengan kata lain, pengamat ikut aktif berpartisipasi dalam aktifitas dalam kontak dengan klien (Notoatmodjo 2002:95).
Adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (Responder). Atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orangtersebut (Face to face). (Notoatmodjo, 2002: 102).
Yaitu metode untuk mengumpulkan data keadaan fisik klien, baik yang normal maupun yang menunjukkan kelainan yang dilakukan secara sistematis dan lengkap dengan cara inspeksi, palpasi, dan perkusi.
Inspeksi merupakan proses pengamatan atau observasi untuk mendeteksi masalah kesehatan pasien. Palpasi yaitu pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba (tangan) untuk menentukan ketahanan, kekenyalan, kekerasan, tekstur, dan mobilitas. Sedangkan perkusi merupakan cara pemeriksaan dengan melakukan pengetukan pada bagian tubuh dengan ujung-ujung jari untuk mengetahui ukuran, batasan, konsistensi organ-organ tubuh, dan menentukan adanya cairan dalam rongga tubuh (Uliyah, 2006).
Yaitu teknik pengumpulan data dari melihat rekaman medik klien serta riwayat klien guns mendapatkan catatan-catatan yang berhubungan dengan keperawatan, pengobatan, pemeriksaan penunjang serta penyakit pasien yang berhubungan dengan kasus. (Notoatmodjo, 2002 :63).

Sebagai teori untuk menghimpun informasi dan sebagai bahan pembanding untuk melihat adanya kesenjangan antara teori dengan praktek, yaitu dengan menggunakan literature, jurnal  atau data-data yang berhubungan dengan penyusunan laporan magang ini. (Notoatmodjo, 2002:42).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah dibedakan dalam:
Sebelumnya bayi baru lahir yang berat badan lahirnya kurang atau sama dengan 2500 gram disebut premature. Untuk mendapatkan keseragaman pada kongres “European Perinatal medicine ke II di London (1970) telah disusun definisi sebagai berikut:
Dengan pengertian diatas, maka bayi dengan berat lahir rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu prematuritas dan dismaturitas (Arief & Kristiyanasariari, 2009).
Bayi prematur (lahir sebelum gestasi 37 minggu) cenderung mengalami lebih banyak maslaah dibandingkan bayi cukup bulan yang kecil (berat badan kurang dari 2500 gram pada saat lahir) (WHO, 2008).
Pada umumnya bayi berat lahir rendah yang lahir cukup bulan, alat-alat dalam tubuhnya sudah bertumbuh lebih baik bila dibandingkan dengan bayi premature dengan berat lahir sama. Dengan demikian, bayi yang cukup bulan dengan BBLR lebih mudah hidup di luar kandungan dibandingkan dengan bayi premature. Walaupun demikian, harus tetap waspada akan terjadi beberapa komplikasi yang harus ditangulangi dengan baik. Beberapa hal yang harus diwaspadai adalah:
Penyebab BBLR umumnya tidak hanya satu, oleh karena itu kadang sulit untuk dilakukan pencegahan. Bayi berat lahir rendah (BBLR) dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor dari ibu, yaitu bisa karena penyakit yang diderita ibu (toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, nefritis akut, diabetes mellitus, dan lain-lain), usia ibu (usia kurang dari 16 tahun, usia lebih dari 35 tahun, multi gravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat), keadaan social (golongan social ekonomi rendah, perkawinan yang tidak sah), sebab lain (ibu yang merokok, ibu peminum alcohol, ibu pecandu narkotik).
Dari faktor janin, BBLR dapat disebabkan oleh hidramnion, kehamilan ganda, kelainan kromosom, dan lain-lain.
Dari faktor lingkungan dapat berupa tempat tinggal dataran tinggi, radiasi, zat-zat racun, dan lain-lain (Arief & Kristiyanasari, 2009).
Diagnosis Mochtar, 1998 pada BBLR dapat diketahui sebelum bayi lahir maupun sesudah bayi lahir, yaitu:

Secara klasik tampak seperti bayi yang kelaparan. Tanda-tanda bayi ini adalah tengkorak kepala yang keras, gerakan bayi terbatas, vernik caseosa sedikit atau tidak ada, kulit tipis, kering, berlipat-lipat, mudah diangkat, dan tali pusat lembek, tipis dan berwarna kehijauan.
Verniks caseosa ada, jaringan lemak bawah kulit sedikit, tulang tengkorak lunak mudah bergerak, muka seperti boneka (doll like), abdomen buncit, tali pusat tebal dan segar, menangis lemah, tonus otot hipotoni, dan kulit tipis, merah, transparan.
Prognosis bayi baru lahir rendah ini tergantung dari berat ringannya masalah perinatal, misalnya masa gestasi (makin muda masa gestasi/ makin rendah berat bayi makin tinggi angka kematian), asfiksia/ iskemia otak, sindroma gangguan pernafasan, perdarahan intraventrikuler, displasia bronkopulmonal, retrolental fibroplasias, infeksi, gangguan metabolic (asidosis, hipoglikemia, hiperbilirubinemia). Prognosis  ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan pada saat kehamilan, persalinan dan postnatal (pengaturan suhu lingkungan, resusitasi, makanan, mencegah infeksi, mengatasi gangguan pernafasan, asfiksia, hiperbilirubinemia, hipoglikemia, dan lain-lain (Wiknjosastro, 2002).
Kematian perinatal pada BBLR 8 kali lebih tinggi dari bayi normal pada umur kehamilan yang sama. Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka kematian yang tinggi terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi pneumonia, perdarahan intracranial, dan hipoglikemi. Bila bayi selamat kadang-kadang dijumpai kerusakan pada syaraf, gangguan bicara, IQ rendah, dan gangguan lainnya (Mochtar, 1998).
Beberapa penyakit yang berhubungan dengan prematuritas:
Mengingat belum sempurnanya alat-alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan untun penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut (Sitohang, 2004):
Bayi berat lahir rendah mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat. Suhu tubuh dapat dijaga dengan cara menjaga bayi tetap hangat dengan memakaikan pakaian dan selimut, dan bisa dengan menidurkan bayi di inkubator.
Bayi berat lahir rendah sangat rentan akan infeksi, perhatikan prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi.
Reflek menelan bayi berat lahir rendah (BBLR) belum sempurna, oleh sebab itu pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat. Kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir 120-150 ml/kg/hari atau 100-120 cal/kg/hari. Pemberian dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan bayi untuk sesegera mungkin mencukupi kebutuhan cairan kalori. Kapasitas lambung BBLR sangat kecil sehingga minum harus sering diberikan tiap jam. Perhatikan apakah selama pemberian minum bayi menjadi cepat, menjadi biru atau perut membesar atau kembung
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi dan nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat (Prawirohardjo, 2006).
Standar 13: Perawatan Bayi Baru Lahir
Tujuan: menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya pernafasan serta mencegah hipotermi, hipoglikemia dan infeksi.
Prasyarat
Proses
Bidan harus:
Prosedur Penanganan Hipotermi
Langkah-langkah asuhan kebidanan menurut Varney (1997), yaitu:
Langkah ini dilakukan dengan melakukan pengkajian melalui proses pengumpulan data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan pasien secara lengkap seperti riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan, peninjauan catatan terbaru atau catatan sebelumnya, data laboratorium dan membendingkannya dengan hasil studi. Semua data dikumpulkan dari semua sumber yang berhubungan dengan kondisi pasien.
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi data secara benar terhadap diagnosis atau masalah kebutuhan pasien. Masalah atau diagnosis yang spesifik dapat ditemukan berdasarkan interpretasi yang benar terhadap data dasar. Selain itu, sudah terpikirkan perencanaan yang dibutuhkan terhadap masalah.
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial yang lain berdasarkan beberapa masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi. Langkah ini memerlukan antisipasi yang cukup dan apabila memungkinkan dilakukan proses pencegahan atau dalam kondisi tertentu pasien membutuhkan tindakan segera.
Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi dan menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan masalah ditegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi, dan melakukan rujukan.
Setelah beberapa kebutuhan pasien ditetapkan, diperlukan perencanaan secara menyeluruh terhadap masalah dan diagnosis yang ada. Dalam proses perencanaan asuhan secara menyeluruh juga dilakukan identifikasi beberapa data yang tidak lengkap agar pelaksanaan secara menyeluruh dapat berhasil.
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya, baik terhadap masalah pasien maupun diagnosis yang ditegakkan. Pelaksanaan ini dapat dilakukan oleh bidan secara mandiri maupun kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.
Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni dengan melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan bidan. Evaluasi sebagai bagian dari proses yang dilakukan secara terus menerus untuk meningkatkan pelayanan secara komprehensif dan selalu berubah sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien.
Proses manajemen ini terdiri dari 7 langkah berurutan, yaitu dimulai dengan pengumpulan data dasar sampai dengan evaluasi.
Ketujuh langkah Varney tersebut adalah sebagai berikut :
Data ini diperoleh dengan cara wawancara dengan petugas kesehatan dan keluarga pasien yang mengetahui keadaan pasien, yang meliputi :
Keadaan bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah apakah mengalami penyulit dan membutuhkan tindakan atau resusitasi.
Nadi       :untuk mengetahui adanya takikardi dan bradikardi, untuk bayi baru lahir normal bunyi jantung pada menit pertama kira-kira 180 kali permenit kemudian menurun sampai 120-140 kali permenit (Wiknjosastro, 2005). Sedangkan menurut Manuaba bayi BBLR mempunyai frekuensi nadi antara 100 kali permenit sampai 140 kali permenit.
Respirasi     :  frekuensi pernafasan terutama dalam 24 jam pertama selalu harus diawasi untuk mengetahui adanya sindrom aspirasi mekonium atau sindrom gangguan pernafasan idiopatik, pernafasan pada bayi baru lahir cepat kira-kira 80 kali permenit, kemudian turun hingga 40 kali permenit (FKUI, 2005). Menurut Manuaba pada BBLR frekuensi pernafasannya sekitar 45-50 kali permenit.
Suhu       :    mengetahui bayi hipotermi atau tidak, apakah suhu bayi kurang dari 36,50C karena BBLR mudah mengalami hipotermi (Wiknjosastro, 2005).

Berat badan      :untuk mengetahui kondisi gizi/nutrisi yang erat kaitannya dengan daya tahan tubuh (Saifuddin, 2002). Pada BBLR berat badannya kurang dari 2500 gram.
Panjang badan  :untuk mengetahui panjang badan bayi, ukuran normal panjang badan bayi sekitar 45 cm – 55 cm (FKUI, 2005). Sedangkan panjang badan pada bayi BBLR biasanya kurang dari 45 cm (Manuaba, 2006).
Lingkar kepala  :mengetahui perkembangan otak karena pada BBLR lingkar kepala kurang dari 33 cm (FKUI, 2005).
Bayi cukup bulan dinyatakan menderita hipoglikemia bila kadar gula darahnya kurang dari 30 mg% sedangkan bayi BBBLR bila kadar gula darahnya kurang dari 20 mg% (Surasmi dkk, 2003).
Nama pasien By. Ny. (nama pasien) umur dari bayi , bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah
DS :
DO :
Permasalahan yang muncul pada BBLR biasanya adalah ekstremitas dingin, reflek hisap yang lemah, bayi tidak mau menyusu.
Diagnosa potensial yang dapat terjadi dalam kasus BBLR adalah hiopotermia, sindrom gawat napas, hipoglikemia, rentan terhadap infeksi, hiperbilirubinemia (Surasmi, 2003).
Bila terdapat diagnosa potensial yang tercantum diatas maka antisipasi yang dapat dilakukan yaitu :
Pada dasarnya perencanaan asuhan yan dilakukan pada bayi berat lahir rendah sama dengan perencanaan pada bayi baru lahir normal diantaranya menurut Saifuddin (2002), adalah sebagai berikut :
Rencana asuhan menyeluruh seperti telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan seperti :
Umur 1 hari     60 mg/kg
Umur 2 hari     90 mg/kg
Umur 3 hari     120 mg/kg
Umur 4 hari     150 mg/kg
Umur 10 hari   180 mg/kg
Umur 14 hari   200 mg/kg
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kontinum, maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut (Varney, 2007).
Kewenangan bidan menurut PERMENKES RI NOMOR 1464/MENKES/PER/2010.
Pasal 9
Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi:
Pasal 11

Peran Fungsi dan Kompetensi Bidan
Peran fungsi dan kompetensi bidan adalah sebagai berikut:
Memberikan asuhan kebidanan pada bayi lahir dengan resiko tinggi dan yang mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.


Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu dan kegawat daruratan yang memerlukan konsultasi dan rujukan yang melibatkan keluarga.
Sunat dan tindik pada bayi perempuan


Standar Pelayanan Kebidanan
standar 13 : perawatan Bayi baru lahir berisikan bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontan, mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. selain itu bidan harus mampu mencegah atau menangani hipotermia

BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY ” E ”
 UMUR 0 HARI DENGAN BBLR 
DI BPS SRI RAHAYU GLIDAG PLAYEN GUNUNGKIDUL

A.  PENGKAJIAN
Tanggal  :  25  Desember 2010
Jam         : 01.00 WIB
Tempat   : BPS Sri Rahayu
Nama ibu                : Bayi Ny. ”E”
Umur                      : 0 Hari
Tanggal/jam lahir    : 25 Desember 2010 / 00.15 WIB
Jenis kelamin          :  laki-laki
BB bayi                  : 2400 gram
PB bayi                   :   46 cm

Umur                      : 23 Tahun
Agama                    : Islam
Suku / Bangsa        : Jawa / Indonesia
Pendidikan             : SMA
Pekerjaan                : Ibu Rumah Tangga
Alamat                    : Walikan, Puluhan Wonosari Gunungkidul

Nama suami            : Tn. ”B”
Umur                      : 35 tahun
Agama                    : Islam
Suku / Bangsa        :Jawa / Indonesia
Pendidikan             : SMA
Pekerjaan                : Swasta
Alamat                    : Walikan, Puluhan Wonosari Gunungkidul

Ibu mengatakan tidak menderita penyakit seperti:
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit seperti:
Ibu mengatakan dalam keluarga ibu tidak ada yang menderita penyakit seperti :
Menarche          : 12 tahun
Siklus                : 30 hari teratur
Lamanya           : 6 hari
Jumlah              : hari ke 1-2 ganti pembalut 3x (3/4 penuh)
                           hari ke 3-4 ganti pembalut 2x (1/2 penuh)
  hari ke 5-6 ganti pembalut 2x (spooting)
Warna               : merah tua
Konsistensi       : cair dengan sedikit gumpalan
Disminore         : sebelum haid
HPHT               : 30 Maret 2010
HPL                  : 6 Januari 2011


No.
Kehamilan
Persalinan

Nifas
Lama Menyusui

Hamil
Ke

Tahun

Frek
ANC

UK

Jenis Persalinan

Penolong

L/P
BB

Penyulit
1.
I
2007
9 kali
39 minggu
Normal
Bidan
P
Tidak ada
Normal
2 tahun
2
2
2010
11 kali
38+4 minggu
Normal
Bidan
L
Tidak ada
Normal
Rencana ASI ekslusif

TM 1 ANC 2x di BPS Sri Rahayu
Keluhan/ masalah         : mual muntah biasa dan pusing
Obat / suplemen           :  Caviplek
Penkes/ nasehat            : makan porsi kecil tapi sering/ ngemil
Keluhan lain                 : tidak ada
TM II ANC 3x di BPS Sri Rahayu
Keluhan/ masalah         : tidak ada keluhan
Obat / suplemen           :  Tablet FE, dan Kalk
Penkes/ nasehat            : Jaga kondisi ibu dan bayi
Keluhan lain                 : tidak ada
TM III ANC 4x di BPS Sri Rahayu
Keluhan/ masalah         : mudah lelah
Obat / suplemen           :  Tablet FE, dan Kalk
Penkes/ nasehat              : Banyak istirahat dan beraktivitas sesuai kemampuan
Keluhan lain                 : tidak ada

Alat kontrasepsi yang pernah dipakai        : Pil
Lamanya                                                     : 1,5 tahun
Keluhan / masalah                                      : tidak ada
Alasan berhenti                                          : Ingin hamil
Rencana Kb setelah bersalin                      : suntik
Status perkawinan              : menikah syah
Perkawinan ke                    : 1
Usia menikah                      : suami :   istri : 23/35
Lamanya                             : 4 tahun
Hub.dengan suami             : baik
Ibu datang ke BPS Sri Rahayu tanggal 24 desember 2010 jam 20.30 WIB dengan diantar oleh suaminya. Dari hasil pemeriksaan diketahui ibu hamil 38 minggu, janin tunggal, hidup intra uterine dengan presentasi kepala. Jam 11.30 diketahui pembukaan lengkap dan jam 00.15 bayi lahir  laki-laki, dengan BB 2400 gram dan panjang 46 cm. plasenta lahir lengkap, panjang tali pusat 50 cm, berat 400 gram dan APGAR score 7-9-10.
Bayi diberikan ASI saja, sesuai dengan kebutuhan bayi.
BAK                       :
Frekuensi                : BAK sekali
Warna                     : jernih kekuningan
Keluhan                  : tidak ada
                             BAB
Frekuensi                :Belum BAB
Warna                     : -
Konsistensi             : -
Keluhan                  : -
Bawah                    : tidak sianosis, tidak ada oedema, tidak ada varises, tidak ada bekas tusukan jarum, tidak ada cacat dan turgor kulit kurang.
BB              : 2400 gram
PB              : 46 cm
LK              : 29 cm
LD              : 28 cm
LILA          : 10 cm
Reflek moro ( terkejut)                               : ada, lemah
Reflek sucking ( hisap)                               : ada, baik
Reflek Rooting ( menoleh)                         : ada, baik
Reflek Grasping ( menggenggam)             : ada, lemah
Reflek Swallowing ( menelan)                   : ada, baik
Reflek Tonickneck ( reflek leher tronik)    : ada, lemah
Reflek Babinsky ( gerak kaki)                    : ada, lemah
Tidaka ada
B.  INERPRESTASI DATA
Bayi Ny ” E” umur 0 hari dengan BBLR
Dasar   :
a.   Ibu mengatakan telah melahirkan bayinya yang kedua,  pada pukul 00.15 WIB, dengan BB 2400 Gram dan placenta lahir lengkap, jam 00.20 WIB.
b.   Nutrisi
Bayi diberikan ASI saja sesuai kebutuhan bayi .
c.   Eliminasi
BAK                :
Frekuensi         : 1 kali
Warna              : jernih kekuningan
Keluhan           : tidak ada
            BAB                :
Frekuensi perhari         : belum BAB
Warna                          : -
Konsistensi                  : -
            Keluhan                       : -
DO                      :
KU                      : lemah
BB                       : 2400 gram
PB                       : 46 cm
LK                       : 29 cm
LD                       : 28 cm
LILA                   : 10 cm
Suhu                     : 36,5 C
Respirasi               : 70x / menit
Nadi                     : 120x / menit
Kepala                 : mesochepal, tidak ada caput
Mata                    : konjungtiva merah muda, skera putih,kelopak mata tidak oedema, Simetris, mata cekung
Hidung                : tidak ada polip, bersih, tidak ada sekret yang keluar
Mulut                  :normal, tidak ada labioskisis maupun labiopalatoskisis
Muka                   : tidak ada oedema dan tidak pucat
Leher                    : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe, tidak ada bendungan pada vena jugularis
Dada                       :Tidak ada retraksi dinsing dada dan nafas teratur
Perut                       :tidak ada pembesaran hepar dan limpa, tidak ada peredaran pada tali pusat, perut tidak kembung.
Ekstremitas       : Atas   : tidak ada seanosis, tidak oedema, tidak ada bekas tusukan jarum, tidak cacat, turgor kulit kurang
Bawah  : tidak sianosis, tidak ada oedema, tidak ada varises, tidak ada bekas tusukan jarum, tidak ada cacat dan turgor kulit kurang.
Genetalia          : tidak ada oedema, tidak ada pengeluaran       pervaginam, tidaka ada  varises vagina, labia mayora belum menutup labia minora
Anus                 : terdapat lubang anus dan tidak ada hemoroid

Tidaka ada
C.  DIAGNOSA POTENSIAL
Hipotermi

D. KEBUTUHAN SEGERA

E. PERENCANAAN
      Tanggal 25 Desember 2010 jam 01.15 WIB
1.   Beritahu ibu dan keluarga kondisi bayi berdasarkan hasil pemeriksaan
2.   memonitor KU dan vital sign
3. Cegah bayi agar tidak hipotermi
4. Anjurkan untuk menyusui sesering mungkin
5.monitor eliminasi

F.   IMPLEMENTASI
Tanggal 25 Desember 2010 jam 01.15 WIB

G. EVALUASI
Tanggal 25 Desember 2010 jam 01.15 WIB

BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah melakukan asuhan kebidanan pada kasus Bayi Baru Lahir Ny. E Di BPS Sri Rahayu dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Penulis menemukan adanya kesenjangan maupun persamaan pada teori dan kasus yang penulis teliti dengan menerapkan 7 langkah Manajemen Asuhan Kebidanan menurut Varney's, sebagai berikut :
Pengkajian dilaksanakan dengan menggali data yaitu
  1. Data Subyektif meliputi :
Pada. teori Manuaba (1998) faktor predisposisi BBLR adalah umur ibu yang kurang dari 20 tahun atau di atas 35 tahun. Pada kasus Ny. E, umur ibu adalah 23 tahun. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan antara teori dan kasus, dimana pada kasus Ny. H umur tersebut aman untuk bereproduksi jadi umur ibu bukan merupakan faktor predisposisi terjadinya BBLR, maka pada pembahasan sesuai dengan teori dan tidak ada, kesenjangan.
Pada teori Wikiijosastro (2002) dalam kehamilan dapat berupa malnutrisi, penyakit Diabetus Mellitus yang dapat menjadi predisposisi terjadi BBLR. Namun pada kasus ini ditemukan persamaan dengan teori, yaitu ibu mengalami malnutrisi selama hamil, karena selama hamil ibu hanya mengalami kenaikan berat badan 6 kg dan asupan gizi yang kurang karena faktor ekonomi yang rendah. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.
Pada teori Depkes RI (2003), dikatakan bahwa untuk mengantisipasi adanya BBLR sebaiknya pasien diberikan informasi tentang pemenuhan nutrisi ibu selama hamil. Sedangkan pada kasus diketahui bahwa ibu telah diberikan informasi tentang pemenuhan nutrisi yang baik untuk ibu hamil namun karena faktor ekonomi yang rendah mengakibatkan pemenuhan nutrisi ibu kurang tereukupi Sehingga ibu mengalami malnutrisi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.
Pada teori Cunningham (1996) pada riwayat persalinan yang perlu dikaji adalah persalinan itu termasuk persalinan aterm atau pre term. Bayi yang dilahirkan jauh sebelum aterm akan potensi untuk terjadi BBLR. Sedangkan pada kasus, bayi yang dilahirkan Ny. E tertnasuk persalinan aterm. Sehingga pada pembahasan ini ada kesenjangan antara teori dan kasus. Hal ini disebabkan karena bayi yang dilahirkan Ny. E, selama hamil ibu mengalami malnutrisi.
Menurut teori Manuaba (1998), disebutkan bahwa sosial ekonomi yang rendah akan berpengaruh terhadap asupan nutrisi ibu selama hamil, dimana nutrisi ibu hamil sangat penting untuk pertumbuhan janin dalam kandungan. Sedangkan pada teori dan kasus tidak ada kesenjangan karena selama hamil ibu mengalami malnutrisi yaitu dapat dilihat dari kenaikan berat badan ibu selama hamil hanya 6 kg.
Menurut teori disebutkan bahwa bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah akan berakibat terhadap kehamilan yang tidak dikehendaki dan ibu yang tidak mau mengurus kehamilannya seperti tidak pernah memeriksakan kehamilannya dan jarang makan makanan yang bergizi. Sedangkan pada kasus diketahui bahwa status pernikahan ibu adalah sah dan selama hamil ibu rajin memeriksakan kehamilannya yaitu hanya ANC 9 kali di BPS Sri Rahayu. Hal ini menunjukan bahwa   tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.
  1. Data Obyektif
Data Obyektif meliputi
Karakteristik yaitu bayi menangis lemah dan tonus otot juga lemah, sedangkan pada kasus bayi Ny. E dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa bayi dengan keadaan umum lemah dan tonus otot juga lemah, maka dari itu tidak ada kesenjangan anatra teori dan kasus.
Menurut teori Haan, dkk (2005) dan Komite medik RSVP DR. Sardjito (2005), dikatakan bahwa pada BBLR dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan kadar bilirubin, uji combs, darah rutin, glukosa darah, analisis gas, foto rontgen dan USG. Sedangkan pada pembahasan ditemukan ada kesenjangan antara teori dan kasus karena pada kasus tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium karena bayi Ny. E, tidak ada indikasi.


Pada teori disebutkan bahwa bayi dengan berat badan lahir rendah, sedangkan pada kasus bayi Ny. E, lahir dengan berat badan lahir rendah yaitu 2400 gram. Jadi tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Pusdiknaskes, diagnosa potensial adalah diagnosa yang kemungkinan akan terjadi.
Menurut teori Wiknjosastro (2002), pada BBLR potensial terjadi asfiksia, aspirasi pneumonia, hipotermi, hipoglikemi dan infeksi. Pada bayi Ny. E tidak mengalami asfiksia, aspirasi pneumonia, hipotermi, hipoglikemi dan infeksi. Sehingga ada kesenjangan antara teori dan kasus. Hal ini disebabkan karena pada saat bayi barn lahir penanganan segera terhadap resiko terjadiya asfiksia, aspirasi pneumonia, hipotermi, hipoglikemi dan infeksi sudah dilakukan dengan baik.

Menurut Saifuddin (2002), antisipasi penanganan segera meliputi mencegah terjadinya hipotermi, mencegah terjadinya hipoglikemi, mencegah terjadinya asfiksia dan mencegah terjadinya infeksi. Sedangkan pada kasus antisipasi segera tidak dilakukan karena pada bayi Ny. E tidak terjadi asfiksia, hipotermi, hipoglikemi dan infeksi jadi tidak ada penanganan khusus yang dilakukan pada bayi Ny. E. Sehingga pada teori dan kasus tidak ada kesenjangan.
Penyusunan rencana tindakan sesuai dengan teori, yaitu didasarkan pada diagnosa masalah dan kebutuhan pasien, selain itu juga direncanakan pemantauan keadaan umum dan vital sign untuk mengetahui keadaan bayi, terapi sesuai dengan hasil kolaborasi dengan dokter spesialis anak. Dengan demikian tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus. Dimana pada kasus perencanaan yang dibuat sudah sesuai dengan diagnosa masalah dan kebutuhan pasien.

Tindakan dilaksanakan berdasarkan perencanaan yang telah dibuat dan disesuaikan dengan diagnosa, masalah serta kebutuhan. Tindakan yang telah dilakukan, yaitu :
1.   Memberitahu ibu dan keluarga kondisi bayi berdasarkan hasil pemeriksaan
2.   Memonitor KU dan vital sign
3. Mencegah bayi agar tidak hipotermi
4. Menganjurkan untuk menyusui sesering mungkin
5.Memonitor eliminasi
Sedangkan pada kasus sudah dilakukan tindakan sesuai dengan perencanaan sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.


Dalam melakukan evaluasi tidak ditemukan kesenjangan karena setiap tindakan yang dilakukan untuk mengatasi diagnosa, sesuai dengan teori dan tindakan. Hal ini menunjukkan adanya kesamaan antara, teori dan kasus, yaitu, yaitu meliputi evaluasi hasil tindakan yang didasari oleh perencanaan dimana perencanaan tersebut juga didasari oleh diagnosa, masalah dan kebutuhan.

Data Perkembangan
Menurut PUSDIKNAKES (2003), data perkembangan adalah data yang digunakan untuk mengetahui atau memantau perkembangan pasien mulai dari hari pertama sampai hari ketujuh ditambah dengan kunjungan rumah. Fungsinya adalah untuk mengetahui apakah ibu dan keluarga dapat merawat bayi dengan baik. Pada kasus, data perkembangan dilakukan pada hari ke 1 sampai ke 2 di BPS dan 5 hari kunjungan rumah, didapatkan hasil sebagai berikut :
KU          : Baik
Suhu        : 36,8° C
Respirasi  : 56 x/menit
Nadi        : 100 x/menit
Tangisan kuat, gerakan aktif, refleks hisap kuat, sehingga kebutuhan nutrisi terpenuhi. Ibu dan keluarga mengerti dan memahami informasi yang diberikan tentang perawatan bayi bare lahir dengan BBLR. Kemudian ibu dan keluarga akan melaksanakan perawatan sesuai dengan anjuran yang diberikan sehingga antara teori dan kasus tidak ada kesenjangan.
Suhu        : 36,8° C
Respirasi  : 56 x/menit
Nadi        100 x/menit
Tangisan kuat, gerakan aktif, refleks hisap kuat, sehingga kebutuhan nutrisi terpenuhi. Ibu dan keluarga mengerti dan memahami informasi yang diberikan tentang perawatan bayi barn lahir dengan BBLR. Kemudian ibu dan keluarga akan melaksanakan perawatan sesuai dengan anjuran yang diberikan sehingga antara teori dan kasus tidak ada kesenjangan.


BAB V
                                                         PENUTUP

Setelah melakukan dan melaksanakan pengkajian asuhan kebidanan pada bayi Ny. E umur 0 hari dengan BBLR, penulis menyimpulkan bahwa :





















DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

FKUI. 2005. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Infomedika.

Hidayat, Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika.

Indiarti, M.T. 2007. Panduan Lengkap Kehamilan, Persalinan dan Perawatan Bayi. YogJakarta: Gloria Medika.

Indarti, Junita. 2003. 40 Hari Pasca Persalinan Masalah dan Solusinya. Jakarta: Puspa Swara.

Kaplan, H.L. dkk. 2001. Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Bina Rupa Aksara.

Ladewig, Patricia Wieland. 2006. Buku Saku Asuhan Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC.

Meadow, R. dan Newell, S. 2005. Lectrure Notes Pediatrika. Jakarta: Erlangga.

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Roesli, U. 2008. Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta: Pustaka Bunda.

Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP.

Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP.

Sirait, Midian. 2007. ISO Indonesia. Jakarta: Ikrar Mandiriabadi.

Sofyan, Mustika. 2006. 50 Tahun Ikatan Bidan Indonesia : Bidan Menyongsong Masa Depan. Jakarta: PP IBI.

Surasmi, A. dkk. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC.

Turmen, Tomris. 2008. Buku Saku Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Panduan Untuk Dokter Perawat dan Bidan. Jakarta: EGC.

Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.

Waspodo, Djoko. 2007. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR/POGI.

Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP.

Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.