Thursday, August 25, 2011

Alergi Debu, Alergi Dingin atau Alergi Makanan Manakah Yang Benar ?


 Alergi Debu, Alergi Dingin atau Alergi Makanan Manakah Yang Benar ?
carpets-allergy
FAKTA BARU : Di Swedia, pemakaian carpet berkurang tetapi kejadian alergi malah semakin meningkat, benarkah debu sebagai penyebab utama alergi ?
BENARKAH DEBU SEBAGAI PENYEBAB
UTAMA   ALERGI ?

 
ALERGI DEBU ATAU ALERGI DINGIN ATAU ALERGI MAKANAN : MANA YANG BENAR ?
  • BENARKAH PENYEBAB ALERGI KITA ADALAH DEBU? TETAPI MENGAPA ALERGI BATUK, PILEK, HIDUNG BUNTU DAN SESAK TIMBUL MALAM HARI? JUSTRU SAAT MALAM DAN PAGI DEBU TIDAK BANYAK, SIANG HARI JUSTRU DEBU LEBIH BANYAK MALAHAN KELUHAN BATUK, PILEK DAN SESAK TERSEBUT HILANG!
  • SERING PENDERITA MENGGANGGAP ALERGINYA KARENA DINGIN, tetapi saat di kantor, nonton film di bioskop, di mobil dengan udara AC sangat dingin tidak timbul gejala alergi. Atau saat tinggal atau berpergian di udara dingin seperti eropa atau amerika atau di puncak gejala alergi malah hilang. Udara dingin hanya memperberat saat penderita mengalami flu karena infeksi virus, dan hal ini akan terjadi pada semua orang meski bukan penderita alergi. Memang alergi sering timbul malam dan pagi hari, tetapi bukan karena dingin tetapi karena pengaruh hormon sirkadial tubuh saat tertentu akan memperberat gejala alergi.
  • SEDANGKAN ALERGI MAKANAN TIDAK PERNAH SEKALIPUN ANDA PIKIRKAN. WAJAR KARENA DOKTER ANDAPUN SELALU MENGANGGAP DEBU PENYEBAB ALERGI ANDA. HAL INI TERJADI KARENA UNTUK MENCARI PENYEBAB ALERGI MAKANAN SANGAT SULIT TIDAK BISA HANYA MELALUI TES ALERGI, TERUTAMA UNTUK MENILAI REAKSI TIPE LAMBAT DARI SUATU ALERGI MAKANAN
  • Faktor pencetus (pemicu) sebetulnya bukan penyebab serangan alergi, tetapi menyulut terjadinya serangan alergi.  Pencetus alergi tidak akan berarti bila penyebab alergi makanan dikendalikan. Jadi yang dikendalikan lebih utama adalah penyebabnya. Bila penyebab dikendalikan pencetus tidak akan berpengaruh pada penderita alergi.
  • DEBU HANYA SEBAGAI PENYEBAB BILA DALAM JUMLAH BANYAK. Seperti rumah yang tidak ditinggali lebih dari seminggu, bila bongkar-bongkar kama, bila terdapat karpet tebal yang permanen, bila masuk gudang, boneka atau baju yang lama disimpan dallam gudang atau lemari.

CASE ILUSTRATION :
  • Sandiaz, laki-laki 4 tahun setiap malam dan pagi hari bangun tidur sering mengalami batuk dan pilek yang tak kunjung hilang selama 3 bulan, Telah berbagai dokter dikunjungi baik dokter anak, dokter paru, dokter THT, dan berbagai obat antibiotika terbaik dan obat yang termahal pun sudah dikonsumsi hasilnya tetap tidak menunjukkan perubahan. Sebagian besar dokter menyatakan bahwa Sandiaz alergi debu ? Benarkah alergi debu ? Karena rasanya semua sudut rumah sudah super bersih tetapi keluhan alergi itu tetap saja timbul. Tetapi setelah diadviskan seorang dokter untuk menghindari sementara beberapa makanan penyebab alergi makanan ternyata tidak dalam waktu lama keluhan tersebut membaik.
BACK GROUND
  • Seringkali dokter memvonis alergi pada keluhan batuk dan pilek yang berkepanjangan. Tetapi pada umumnya pasien tidak pernah mendapatkan informasi yang lengkap dari dokter apakah penyebab alergi tersebut. Hal ini terjadi karena memang untuk mencari penyebab alergi adalah merupakan kesulitan terbesar yang dialami oleh dokter dan juga penderita.
  • Paling tidak informasi dan anggapan yang sering timbul baik dari masyarakat awam dan beberapa dokter pasti menyebutkan debu sebagai penyebab. Saran untuk menghindari debu dan membersihkan semua ruangan rumah bahkan ditambah lagi memakai purifier udara dan AC paling canggihpun sudah diikuti tetapi tetap tidak membuahkan hasil. Benarkah debu jadi penyebab ? Kalau bukan apakah memang benar alergi makanan sebagai penyebab alergi yang berkepanjangan tersebut?
  • Penatalaksanaan Alergi pada anak khususnya alergi pada saluran napas dan hidung sering sangat sulit dan tidak optimal. Hal ini terjadi karena sampai saat ini banyak klinisi kesulitan dalam mencari penyebab alergi.
  • Permasalahan ini terjadi karena banyak klinisi kesulitan dalam mencari penyebab alergi. Jadi fakta yang kita hadapi selama ini adalah hanyalah mengobati akibat penyakitnya tetapi tetapi tidak mencari akar permasalahan kenapa penyebab penyakit itu bisa timbul jangka panjang dan hilang timbul. Berbagai pemeriksaan alergi ternyata akurasi dan spesifitasnya sangat rendah. Hal inilah yang tampaknya menjadi penyebab utama mengapa kasus alergi sulit sekali dalam mengatasinya.
  • Pemeriksaan alergi berupa tes kulit, dan RAST sangat terbatas sebagai alat diagnosis.Sehingga sebaiknya tidak boleh menghindari makanan penyebab alergi berdasarkan karena tes kulit alergi. Pemberian obat terus menerus bukanlah jalan terbaik dalam penanganan alergi. Paling ideal dalam mencegah timbulnya alergi adalah menghindari pencetus atau penyebabnya. Hal ini memerlukan pengamatan yang cermat dan kerjasama yang baik antara dokter, pasien dan keluarga. Untuk mendapatkan hasil penanganan alergi yang optimal harus dipahami perbedaan antara penyebab dan pencetus alergi.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINJYA ALERGI ADALAH  PENYEBAB DAN PEMICU ALERGI
PENYEBAB ALERGI :
  • MAKANAN
  • HIRUPAN
  • KONTAK KULIT
  • OBAT-OBATAN
PEMICU ALERGI :
  • INFEKSI (panas, batuk, pilek)
  • AKTIFITAS MENINGKAT (menangis, berlari, tertawa keras)
  • UDARA DINGIN
  • UDARA PANAS
  • MINUMAN DINGIN
  • STRES
  • GANGGUAN HORMONAL: (kehamilan, menstruasi)
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI : 
  • GENETIK (menurun dari orangtua)
  • IMATURITAS SALURAN CERNA (Ketidakmatangan saluran cerna)
  • PAPARAN (kontak terhadap penyebab alergi)
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADI ALERGI
Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi terjadinya alergi makanan, yaitu faktor genetik, imaturitas usus, pajanan alergi yang kadang memerlukan faktor pencetus.
  • Faktor genetik. Alergi dapat diturunkan dari orang tua atau kakek/nenek pada penderita . Bila ada orang tua, keluarga atau kakek/nenek yang menederita alergi kita harus mewaspadai tanda alergi pada anak sejak dini. Bila ada salah satu orang tua yang menderita gejala alergi maka dapat menurunkan resiko pada anak sekitar 17 – 40%,. Bila ke dua orang tua alergi maka resiko pada anak meningkat menjadi 53 – 70%. Untuk mengetahui resiko alergi pada anak kita harus mengetahui bagaimana gejala alergi pada orang dewasa. Gejala alergi pada orang dewasa juga bisa mengenai semua organ tubuh dan sistem fungsi tubuh.
  • Imaturitas usus (KETIDAKMATANGAN USUS). Secara mekanik integritas mukosa usus dan peristaltik merupakan pelindung masuknya alergen ke dalam tubuh. Secara kimiawi asam lambung dan enzim pencernaan menyebabkan denaturasi allergen. Secra imunologik sIgA pada permukaan mukosa dan limfosit pada lamina propia dapat menangkal allergen masuk ke dalam tubuh. Pada usus imatur system pertahanan tubuh tersebut masih lemah dan gagal berfungsi sehingga memudahkan alergen masuk ke dalam tubuh.
  • Pajanan alergi . Pajanan alergi yang merangsang produksi IgE spesifik sudah dapat terjadi sejak bayi dalam kandungan. Diketahui adanya IgE spesifik pada janin terhadap penisilin, gandum, telur dan susu. Pajanan juga terjadi pada masa bayi. Pemberian ASI eksklusif mengurangi jumlah bayi yang hipersensitif terhadap makanan pada tahun pertama kehidupan. Pemberian PASI meningkatkan angka kejadian alergi
PENYEBAB ALERGI : 
  • Penyebab adalah faktor berpengaruh langsung terhadap timbulnya gejala alergi tersebut. Alergi pada pernapasan sering ditimbulkan oleh adanya penyebab seperti hirupan dan makanan. Pada bayi dan anak makanan adalah sebagai penyebab yang utama sedangkan pada orang dewasa/tua pengaruh makanan semakin berkurang. Penyebab lainnya adalah hirupan seperti debu, serbuk sari bunga, bulu binatang, tungau (pada kasur kapuk).
  • Pada berbagai gangguan alergi saluran napas terutama bila keluhannya timbul pada malam dan pagi hari tampaknya alergi makanan berperanan paling utama sebagai penyebab. Alergi makanan dapat mengganggu semua organ atau sistem tubuh. Tetapi pada kenyataan sehari-hari sebagian besar masyarakat bahkan sebagian klinisi masih sering menganggap debu sebagai biangkeladi penyebabnya. Masih banyak klinisi yang menyangsikan bahwa makanan sangat berperanan penting dalam penyebab berbagai alergi selama ini. Hal ini terjadi karena pada umumnya tes kulit alergi yang sering terdeteksi adalah debu dan tungau sedangkan makanan sering negatif. Hal ini terjadi karena pada tes kulit yang terdeteksi hanyalah penyebab alergi reaksi cepat atau kurang dari 8 jam. Sedangkan penyebab alergi yang masuk kategori reaksi lambat atau lebih dari 8 jam seperti sebagain besar makanan seringkali hasilnya negatif, Hal negatif ini bukan berarti penderita tidak alergi makanan. Pemeriksaan rutin tes kulit (skin test atau prick test) adalah merupakan pemeriksaan rutin yang dilakukan ahli alergi dalam penanganan penderita alergi. Meskipun pemeriksaan ini sensitifitas tinggi tetapi ternyata spesifitasnya agak rendah. Sehingga akurasi untuk menentukan penyebab alergi tidak terlalu tinggi.
  • Dalam sepuluh tahun terakhir ini dikenal beberapa pemeriksaan alergi alternatif atau sering disebut ”unproven”. Mengapa digolongkan alternatif atau ”unproven”, ternyata pemeriksaan tersebut belum terbukti secara klinis. Bahkan spesifitas dan sensitifitasnya tidak terlalu tinggi atau tidak lebih baik dibandingkan tes kulit. Diantaranya adalah test Vega, tes mata iridosikik, tes rambut dan sebagainya. Para ahli alergi konvensional jarang menggunakan pemeriksaan tersebut, karena tidak terlalu akurat dan sensitif. Bahkan di Australia dan beberapa negara eropa tes ini dilarang oleh institusi alergi setempat, dan di negara tersebut tes tersebut tidak akan pernah di ganti oleh ansuransi, karena memang tidak terbukti secara ilmiah.
Gangguan saluran cerna yang harus dicurigai bahwa seseorang mengalami gangguan Alergi Makanan atau hipersensitifitas makanan
Alergi makanan dapat dicurigai sebagai penyebab gangguan manifestasi alergi selama ini bila terdapat gangguan saluran cerna. Gangguan saluran cerna yang terjadi adalah :
  • Pada Bayi :  bayi mengalami Gastrooesepageal Refluks,  Sering MUNTAH/gumoh, kembung,“cegukan”, buang angin keras dan sering, sering rewel gelisah (kolik) terutama malam hari, BAB > 3 kali perhari, BAB tidak tiap hari. Feses warna hijau,hitam dan berbau.  Sering “ngeden & beresiko Hernia Umbilikalis (pusar), Scrotalis, inguinalis. Air liur berlebihan. Lidah/mulut sering timbul putih, bibir kering
  • Pada Anak dan Dewasa : Pada usia anak  keluhan muntah semakin berkurang tetapi masih sering mengalami mudah muntah bila menangis, berlari atau makan banyak atau bila naik kendaran bermotor, pesawat atau kapal. Sering mengalami MUAL pagi hari bila hendak gosok gigi atau sedang disuap makanan. Sering Buang Air Besar (BAB)  3 kali/hari atau lebih, sulit BAB (obstipasi), kotoran bulat kecil hitam seperti kotoran kambing, keras, sering buang angin, berak di celana. Sering GLEGEKAN, sering KEMBUNG, sering buang angin dan buang angin bau tajam. Sering NYERI PERUT. Pada penderita dewasa sering megalami gejala penyakit “Maag”.
Bagaimana memastikan penyebab alergi ?
  • Untuk memastikan penyebab alergi makanan bukan dengan tes kulit. Diagnosis alergi makanan dibuat berdasarkan diagnosis klinis, yaitu anamnesa (mengetahui riwayat penyakit penderita) dan pemeriksaan yang cermat tentang riwayat keluarga, riwayat pemberian makanan, tanda dan gejala alergi makanan sejak bayi dan dengan eliminasi dan provokasi.
  • Bila terdapat gangguan saluran cerna seperti tersebut di atas , seharusnya anda curiga bahwa makanan adalah penyebab gangguan alergi anda selama ini. Untuk memastikan makanan penyebab alergi makanan harus menggunakan Provokasi makanan secara buta (Double Blind Placebo Control Food Chalenge = DBPCFC). DBPCFC adalah gold standard atau baku emas untuk mencari penyebab secara pasti alergi makanan. Cara DBPCFC tersebut sangat rumit dan membutuhkan waktu, tidak praktis dan biaya yang tidak sedikit.
  • Beberapa pusat layanan alergi anak melakukan modifikasi terhadap cara itu. Children Allergy Center Jakarta melakukan modifikasi dengan cara yang lebih sederhana, murah dan cukup efektif. Modifikasi DBPCFC tersebut dengan melakukan “Eliminasi Provokasi Makanan Terbuka Sederhana”.
  • ”Eliminasi Provokasi Makanan terbuka Sederhana” selain sebagai alat diagnosis ternyata dapat digunakan sebagai pendekatan terapi. Penderita disarankan untuk makanan yang aman dan menghindari makanan yang beresiko dalam 3 minggu. Setelah keluhan alergi tersebut membaik dilakukan ”provakasi” atau pemberian salah satu makanan tersebut setiap minggu. Bila keluhan tersebut timbul lagi, dan bila pengalaman tersebut terjadi dua kali atau lebih dapat dipastikan bahwa makanan tersebut sebagai penyebab alergi.
  • Berbagai ”kontroversi” dan pendapat negatif sering timbul dalam pendekatan diagnosis tersebut. Apakah bila melakukan program tersebut penderita tidak akan kurang gizi? Jawabannya, pasti tidak. Karena, beberapa jenis makanan yang dihindari tersebut ada pengganti makanan yang aman lainnya dengan kandungan gizi yang tidak jauh berbeda. Intervensi tersebut akan berpengaruh terhadap gizi anak bila hanya menghindari makanan tersebut tanpa mengetahui atau mengganti dengan makanan yang aman.Misalnya
    o buah jeruk bisa diganti apel dan sebagian besar sayuran.
    o Telor dan ayam sementara diganti daging sapi atau daging kambing.
    o Kacang tanah sementara diganti kacang kedelai,
    o Ikan laut sementara diganti ikan air tawar atau dalam usia di atas setahun dan alergi tidak berat dapat diganti ikan salmon.
  • Bahkan setelah tiga minggu mengikuti program tersebut, sebagian besar terjadi kenaikkan berat badan yang cukup bermakna. Karena selama ini makanan penyebab alergi tersebut meskipun bergizi ternyata sebagian besar juga mengganggu fungsi saluran cerna yang berakibat terjadi gangguan penyerapan dan kesulitan makan.
  • Pemeriksaan standar yang dipakai oleh para ahli alergi untuk mengetahui penyebab alergi adalah dengan tes kulit. Tes kulit ini bisa terdari tes gores, tes tusuk atau tes suntik. Pemeriksaan ini mempunyai sensitifitas yang cukup baik, tetapi sayangnya spesifitasnya rendah. Sehingga seringkali terdapat false negatif, artinya hasil negatif belum tentu bukan penyebab alergi. Karena hal inilah maka sebaiknya tidak membolehkan makan makanan penyebab alergi hanya berdasarkan tes kulit ini.
PEMERIKSAAN YANG TIDAK DIREKOMENDASIKAN
  • Dalam waktu terakhir ini sering dipakai alat diagnosis yang masih sangat kontroversial atau ”unproven diagnosis”. Terdapat berbagai pemeriksaan dan tes untuk mengetahui penyebab alergi dengan akurasi yang sangat bervariasi. Secara ilmiah pemeriksaan ini masih tidak terbukti baik sebagai alat diagnosis. Pada umumnya pemeriksaan tersebut mempunyai spesifitas dan sensitifitas yang sangat rendah.
  • Bahkan organisasi profesi alergi dunia seperti tidak merekomendasikan penggunaan alat tersebut. Yang menjadi perhatian oraganisasi profesi tersebut bukan hanya karena masalah mahalnya harga alat diagnostik tersebut tetapi ternyata juga sering menyesatkan penderita alergi yang justru sering memperberat permasalahan alergi yang ada.
  • Namun pemeriksaan ini masih banyak dipakai oleh praktisi kesehatan atau dokter. Di bidang kedokteran pemeriksaan tersebut belum terbukti secara klinis sebagai alat diagnosis karena sensitifitas dan spesifitasnya tidak terlalu baik. Beberapa pemeriksaan diagnosis yang kontroversial tersebut adalah Applied Kinesiology, VEGA Testing (Electrodermal Test/Bioresonansi), Hair Analysis Testing in Allergy, Auriculo-cardiac reflex, Provocation-Neutralisation Tests, Nampudripad’s Allergy Elimination Technique (NAET), Beware of anecdotal and unsubstantiated allergy tests.

PENCETUS ALERGI
  • Timbulnya gejala alergi bukan saja dipengaruhi oleh penyebab alergi, tapi juga dipengaruhi oleh pencetus alergi. Beberapa hal yang menyulut atau mencetuskan timbulnya alergi disebut faktor pencetus. Faktor pencetus tersebut dapat berupa faktor fisik seperti dingin, panas atau hujan, kelelahan, aktifitas berlebihan tertawa, menangis, berlari,olahraga. Faktor psikis berupa kecemasan, sedih, stress atau ketakutan.
  • Faktor hormonal juga memicu terjadinya alergi pada orang dewasa. Faktor gangguan kesimbangan hormonal itu berpengaruh sebagai pemicu alergi biasanya terjadi saat kehamilan dan menstruasi. Sehingga banyak ibu hamil mengeluh batuk lama, gatal-gatal dan asma terjadi terus menerus selama kehamilan. Demikian juga saat mentruasi seringkali seorang wanita mengeluh sakit kepala, nyeri perut dan sebagainya.
  • Faktor pencetus sebetulnya bukan penyebab serangan alergi, tetapi menyulut terjadinya serangan alergi. Bila mengkonsumsi makanan penyebab alergi disertai dengan adanya pencetus maka keluhan atau gejala alergi yang timbul jadi lebih berat. Tetapi bila tidak mengkonsumsi makanan penyebab alergi meskipun terdapat pencetus, keluhan alergi tidak akan muncul. Pencetus alergi tidak akan berarti bila penyebab alergi makanan dikendalikan.
    Hal ini yang dapat menjelaskan kenapa suatu ketika meskipun dingin, kehujanan, kelelahan atau aktifitas berlebihan seorang penderita asma tidak kambuh. Karena saat itu penderita tersebut sementara terhindar dari penyebab alergi seperti makanan, debu dan sebagainya. Namun bila mengkonsumsi makanan penyebab alergi bila terkena dingin atau terkena pencetus lainnya keluhan alergi yang timbul lebih berat. Jadi pendapat tentang adanya alergi dingin mungkin keliru.
  • FAKTOR INFEKSI. Infeksi inilah yang paling sering dianggap sebagai pencetus alergi yang paling sering. Infeksi ini dapat berupa flu, demam, batuk, pilek atau infeksi apapun pada tubuh. Sehingga sering asma kambuh lagi saat flu, sinusitis kambuh lagi saat flu, atau sesak timbul lagi saat batuk yang keras dan demam.

BENARKAH DEBU SEBAGAI PENYEBAB DAN BERBAGAI
 KONTROVERSI LAINNYA
  • Debu yang paling sering dianggap sebagai penyebab alergi adalah debu rumah atau ”house dust”. Debu di luar rumah jarang dianggap sebagai penyebab alergi. Bahkan banyak orangtua menyangka bahwa batuk dan pilek berkepanjngan karena adanya proyek bangunan di sekitar rumah. Bila dicermati debu yang selama ini dianggap sebagai biang keladi penyebab alergi mungkin bisa diabaikan. Hal ini dapat dibuktikan bahwa keluhan alergi seperti batuk dan pilek seringkali timbul saat malam dan pagi hari. Padahal saat malam dan pagi hari debu lebih sedikit. Reaksi alergi karena debu adalah reaksi cepat yang seharusnya lebih banyak timbul saat siang hari saat aktifitas. Fakta lain juga terjadi banyak orangtua yang telah membersihkan semua debu, boneka, karpet dan dipasang air condition plasma cluster tetapi ternyata gejala alergi batuk dan pilek tidak kunjung hilang.
  • Debu bisa dapat menimbulkan alergi bila dalam jumlah yang cukup besar seperti bila masuk gudang, rumah yang tidak ditinggali lebih dari seminggu, saat bongkar-bongkar kamar atau saat menyapu atau saat memakai atau mengambil barang yang sudah lama tersimpan lama di gudang atau lemari.
  • Gangguan karena debu termasuk reaksi cepat biasanya tidak berlangsung lama, begitu paparan debu tersebut hilang maka dalam beberapa saat keluhan tersebut akan menghilang. Bila gangguan tersebut berlangsung lama bisa dipastikan adalah reaksi lambat, keadaan seperti inilah tampaknya alergi makanan seringkali dapat dicurigai.

KONTROVERSI PENYEBAB LAINNYA
  • Dingin atau AC sering juga dianggap biang keladi penyebabnya. Mungkin memang benar dingin sebagai pemicu atau memperberat gangguan yang sudah ada. Tetapi pendapat ini tidak sepenuhnya benar karena banyak penderita alergi batuk saat tidur siang dengan AC yang sangat dingin tidak timbul gejala batuk tersebut. Hingga saat ini masih belum diketahui mengapa gejala alergi atau asma sering timbul saat malam hari. Diduga peranan hormonal sirkadial yang mengakibatkan fenomena gejala saat malam dan pagi hari lebih sering terjadi.
  • Fakta tersebut di atas lebih menunjukkan bahwa makanan sangat mungkin berperanan penting dalam berbagai kejadian alergi. Proses terjadinya alergi makanan sebagian besar menimbulkan reaksi lambat, gejala timbul setelah 6-8 jam terpapar makanan tertentu seperti ayam, telor, jeruk, coklat dan sebagainya. Sebagian kecil makanan menunjukkan reaksi cepat atau kurang dari 8 jam seperti ikan laut, kacang, mangga dan buah-buahn tertentu lainnya.
  • Bukti lain bahwa makanan sangat mungkin besar pengaruhnya karena pada penderita alergi saluran napas sering juga mengalami gangguan saluran cerna seperti mual , nyeri perut, BAB sulit, diare (BAB>3kali), konstipasi, mulut berbau, lidah berpulau atau berwarna putih dan sebagainya.
  • Kontroversi lain yang sering timbul bahwa makanan berminyak sering mengakibatkan batuk. Tetapi ternyata fakta yang terjadi adalah makanan berminyak yang mengganggu penderita alergi adalah minyak goreng yang terkandung makanan berpotensi alergi seperti minyak goreng bekas menggoreng ikan laut, kacang tanah atau ayam. Hal ini sering didapatkan pada makanan restoran atau jajanan luar lainnya karena sebagian besar minyak yang dipakai adalah minyak bekas menggoreng bahan lainnya atau ”minyak goreng bekas?” Atau, penderita makan bahan alergi yang digoreng seperti makan udang goreng dan sebagainya. Fakta lain terjadi bila penderita alergi makan makanan dengan minyak goreng yang baru atau bahan makanan yang digoreng relatif aman maka gejala alergi sering tidak timbul.
KESIMPULAN
  • Diagnosis pasti alergi makanan hanya dipastikan dengan Double Blind Placebo Control Food Chalenge (DBPCFC). Penghindaran makanan penyebab alergi tidak dapat dilakukan hanya atas dasar hasil tes kulit alergi atau tes alergi lainnya. Seringkali hasil yang didapatkan tidak optimal karena keterbatasan pemeriksaan tersebut dan bukan merupakan baku emas atau gold Standard dalam menentukan penyebab alergi makanan.
  • Selain mengidentifikasi penyebab alergi makanan, penderita harus mengenali pemicu alergi.
  • Faktor pencetus sebetulnya bukan penyebab serangan alergi, tetapi menyulut terjadinya serangan alergi.  Pencetus alergi tidak akan berarti bila penyebab alergi makanan dikendalikan.
  • Penanganan terbaik pada penderita alergi makanan adalah dengan menghindari makanan penyebabnya. Pemberian obat-obatan anti alergi dalam jangka panjang adalah bukti kegagalan dalam mengidentifikasi makanan penyebab alergi. Mengenali secara cermat gejala alergi dan mengidentifikasi secara tepat penyebabnya, maka gejala alergi dapat dihindarkan.
END POINT :
  • ALERGI MASIH MISTERIUS DAN BELUM BANYAK TERUNGKAP, SEHINGGA DIANTARA DOKTERPUN MASIH BANYAK TIMBUL KONTROVERSI .
    GANGGUAN ALERGI PADA KULIT BERLANGSUNG DALAM JANGKA PANJANG, DENGAN PERTAMBAHAN USIA ALERGI KULIT KARENA MAKANAN AKAN MEMBAIK ATAU BERKURANG. TETAPI SEKITAR 10-30% AKAN MENETAP MESKIPUN BERKURANG DIBANDINGKAN USIA ANAK.
  • PENANGANAN TERBAIK ALERGI ADALAH MENGIDENTIFIKASI PEMICU DAN MENGHINDARI PENYEBABNYA ”BUKAN DENGAN PEMBERIAN OBAT JANGKA PANJANG”. FAKTA YANG ADA MENUNJUKKAN MASIH BANYAK TERJADI PENGGUNAAN JANGKA PANJANG OBAT ANTI ALERGI. HAL INI ADALAH MERUPAKAN BUKTI KEGAGALAN MENCARI PENYEBAB ALERGI.
    KESULITAN PENANGANAN ALERGI KARENA SULITNYA MENCARI PENYEBAB ALERGI.
  • OPINI YANG TIMBUL BAIK MASYARAKAT ATAU SEBAGIAN BESAR DOKTER MASIH MENUNJUK DEBU SEBAGAI BIANG KELADI UTAMA PENYEBAB ALERGI. PADAHAL SERINGKALI BILA DICERMATI PENDAPAT TERSEBUT MUNGKIN TIDAK SEPENUHNYA BENAR. DEBU YANG SERING JADI PENYEBAB ALERGI HANYALAH DEBU RUMAH ”HOUSE DUST” BUKAN DEBU LUAR.
  • BANYAK KLINISI YANG MASIH MENYANGSIKAN BAHWA ALERGI MAKANAN BERPERANAN SANGAT PENTING DALAM BERBAGAI PENYEBAB ALERGI. ALERGI MAKANAN SERING DIABAIKAN SEBAGAI PENYEBAB KARENA SERING TIDAK TERDETEKSI DALAM PEMERIKSAAN.
  • PEMERIKSAAN TES KULIT SPESIFITASNYA SANGAT RENDAH SEHINGGA SERING MENGABURKAN PENYEBAB ALERGI. TES KULIT HASIL NEGATIF BUKAN BERARTI TIDAK MENDERITA ALERGI MAKANAN.
  • DEMIKIAN PULA PEMERIKSAAN ALERGI ”UNPROVEN” (PEMERIKSAN ALTERNATIF) SENSITIFITAS DAN SPESIFITASNYA LEBIH RENDAH. BELUM TERBUKTI SEVCARA ILMIAH SEBAGAI ALAT DIAGNOSIS. Beberapa pemeriksaan diagnosis yang kontroversial tersebut adalah Applied Kinesiology, VEGA Testing (Electrodermal Test / Bioresonansi), Hair Analysis Testing in Allergy, Auriculo-cardiac reflex, Provocation-Neutralisation Tests, Nampudripad’s Allergy Elimination Technique (NAET), Beware of anecdotal and unsubstantiated allergy tests.
  • GOLD STANDART ATAU MEMASTIKAN PENYEBAB ALERGI MAKANAN ADALAH DENGAN DBFCFC, TETAPI KARENA CUKUP RUMIT, LAMA DAN MAHAL MAKA DAPAT DILAKUKAN DENGAN MODIFIKASI ELIMINASI MAKANAN TERBUKA SEDERHANA.
  • KONTROVERSI YANG TIMBUL ADALAH KEKAWATIRAN DALAM MELAKUKAN PROGRAM TERSEBUT AKAN BERPENGARUH TERHADAP PEMENUHAN GIZI ANAK. TIDAK PERLU KAWATIR KARENA SETIAP MAKANAN YANG DIHINDARI HARUS ADA PENGGANTINYA YANG KANDUNGAN GIZINYA TIDAK JAUH BERBEDA.
  • SETELAH MENDENGAR KESAKSIAN DARI PENDERITA ALERGI DAN MENGALAMI BAIK ANAK KITA ATAU TUBUH KITA SENDIRI, BARU KITA PERCAYA FAKTA YANG ADA BAHWA : ”TERNYATA MAKANAN SANGAT JAHAT MENGGANGGU TUBUH KITA”.   

DAFTAR PUSTAKA :
  • MacLennan AH, Wilson DH, Taylor AW. The escalating cost and prevalence of alternative medicine. Prev Med
  • Ernst E. Serious adverse effects of unconventional therapies for children and adolescents: a systematic review of recent evidence. Eur J Pediatr 2003; 162: 72-80.
  • Benson TE, Arkins JA. Cytotoxic testing for food allergy: evaluations of reproducibility and correlation. J Allergy Clin Immunol 1976; 58: 471-476.
  • Chinen J, Shearer WT. Advances in asthma, allergy and immunology series 2004: basic and clinical immunology. J Allergy Clin Immunol 2004; 114: 398-405.
  • Carter ER, Pulos E, Delaney J, et al. Allergy history does not predict skin test reactivity in asthmatic children. J Asthma 2000; 37: 685-690.\
  • Simon A, Worthen DM, Mitas JA. An evaluation of iridology. JAMA 1979; 242: 1385-1387.
  • Ludtke R, Kunz B, Seeber N, Ring J. Test-retest-reliability and validity of the kinesiology muscle test. Complement Ther Med 2001; 9: 141-145.
  • Lewith GT, Kenyon JN, Broomfield J, et al. Is electrodermal testing as effective as skin prick tests for diagnosing allergies? A double blind, randomised block design study. BMJ 2001; 322: 131-13
  • Allergy: Conventional and alternative concepts. The Royal College of Physicians, London, in Clin Exp Allergy: 22 :suppl 3 ;Oct. 1992
  • American Academy of Allergy: Position statements – controversial techniques. J Allergy Clin Immunol 1981;67:333-338
  • Sethi TJ, Lessof MH, Kemeny DM, Lambourn E, Tobin S, Bradley A. How reliable are commercial allergy tests? Lancet 1987;i: 92-94.
  • Crook WG. The yeast connection. Jackson, Tennessee: Professional Books, 1984.
  • Candidiasis hypersensitivity syndrome. Executive committee of the American Academy of Allergy and Immunology. J. Allergy Clin Immunol 1986; 78:271-273.
  • Niggemann B, Gruber C. Side effects of complementary and alternative medicines. Allergy 2003 58(8) 707-16.
  • Ramsay H M, Goddard W, Gill S, Moss C. Herbal creams used for Atopic Eczema in Birmingham UK, illegally contain potent corticosteroids. Arch Dis Child 2003 85(12) 1056-7
  • Warner J. Allergy and the media. Pediatr Allergy Immunol 2005; 16: 189-90.
  • Lieberman P, Crawford L, Bjelland J et al. Controlled study of cytotoxic food test. JAMA 1975; 231:728-30.
  • Lay Advisory Committee. Allergy and allergy tests: A guide for patients and relatives. The Royal College of Pathologists (London) June 2002:1-10.
  • Atkinson W, Sheldon TA, Shaath N, Whorswell PJ. Food elimination based on IgG antibodies in Irritable Bowel Syndrome: a randomised controlled trial. GUT 2004;53:1459-1464
  • Kihlstrom A, Hedlin G, Pershagen G, Toye-Blomberg M, Harfast B, Lilya G. Immunoglobulin G4-antibodies to rBet v 1 and risk of sensitisation and atopic disease in the child. Clin Exp Allergy 2005; 35: 1542-49.
  • Garrow JS. Kinesiology and food allergy. Br Med J 1988; 296:1573-1574.
  • Katelaris CH, Weiner Jm, Heddle RJ, Stuckey MS, Yan KW. Vega testing in the diagnosis of allergic conditions. Med J Australia 1991; 155:113-114.
  • Lewith GS, Kenyon JN, Broomfield J, Prescott P, Goddard J, Holgate ST. Is electro dermal testing as effective as Skin Prick Testing for diagnosing allergies? A double blind randomised block design study. BMJ 2001; 322:131-134.

Tuesday, August 23, 2011

Partograf


SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
MIKRO TEACHING PENGISIAN PARTOGRAF
DI UNRIYO

Mata Kuliah                            : ASKEB II
Kode Mata Kuliah                  : Bd.302
Beban Studi                            : 4 SKS
Pokok Bahasan                       : Kala I Persalinan
Sub Pokok Bahasan                : Partograf
Sasaran                                     Mahasiswa D-III kebidanan
Hari/Tanggal                            :Rabu  / 20 April -2011
Alokasi Waktu                         : 60 menit
Standar Kompetensi          : Mahasiswa mampu memahami pentingnya penggunaan partograf  dan dapat mencatat secara terperinci
Kompetensi Dasar                : Mahasiswa memahami penggunaan partograf pada ibu inpartu kala I fase aktif
Indikator                                    :
1.      Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian partograf dengan benar
2.      Mahasiswa mampu menjelaskan kapan partograf digunakan dengan benar
3.      Mahasiswa mampu melakukan pencatatan selama fase aktif persalinan dengan benar
4.      Mahasiswa mampu mencatat temuan pada partograf dengan benar
5.      Mahasiswa mampu memantau kemajuan persalinan dengan benar
6.      Mahasiswa mampu melakukan pencatatan pada lembar belakang partograf dengan benar.

       I.            TUJUAN PEMBELAJARAN
a.       Tujuan Umum
Setelah mengikuti pembelajaran tentang partograf, diharapkan mahasiswa mampu memahami pentingnya penggunaan partograf dan dapat mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase – fase dan kala berupa yang dicatat dalam partograf secara terperinci.

b.      Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu:
1)      Menjelaskan pengertian partograf dengan benar
2)      Menjelaskan kapan partograf digunakan dengan benar
3)      Melakukan pencatatan selama fase aktif persalinan dengan benar
4)      Mencatat temuan pada partograf dengan benar
5)      Memantau kemajuan persalinan dengan benar
6)      Melakukan pencatatan pada lembar belakang partograf dengan benar.

    II.            METODE
Demonstrasi dan diskusi

 III.            MATERI
1.      Pengertian partograf
2.      Pencatatan selama fase laten dan aktif persalinan
3.      Pencatatan tentang temuan pada partograf
4.      Kemajuan persalinan
5.      Pencatatan obat-obat dan cairan yang diberikan
6.      Kesehatan dan kenyamanan ibu
7.      Asuhan, pengawasan dan keputusan klinik lainnya
8.      Pencatatan pada lembar belakang partograf
9.      Cara pengisian partograf
10.  Contoh partograf

 IV.            MEDIA
1.      Lembar partograf
2.      Contoh Kasus
3.      Human media (mahasiswa)



    V.            LANGKAH PEMBELAJARAN
No.
Tahapan
Waktu
Kegiatan Bimbingan
Kegiatan Mahasiswa
1.       
Pre Conference
10 menit
·         Memberi salam
·         Perkenalan
·         Menjelaskan tujuan bimbingan
·         Menjawab salam
·         Memperkenalkan diri
·         Memperhatikan
2.       
Pelaksanaan
40 menit
·         Menggali dan mengidentifikasi masalah yang dihadapi
·         Menjelaskan langkah-langkah penggunaan partograf
·         Mendemonstrasikan langkah penggunaan partograf
·         Memberi kesempatan mahasiswa untuk mendemonstrasikan langkah penggunaan partograf
·         Membimbing mahasiswa melakukan pengisian dengen benar
·         Mengungkapkan permasalahan

·         Mendengarkan dan memperhatikan

·         Memperhatikan dan mencermati


·         Mencoba satu persatu



·         Menanyakan hal yang belum jelas
3.       
Post Conference
10 menit
·         Bersama mahasiswa merumuskan hal yang belum dimengerti
·         Mengevaluasi kemampuan demonstrasi mahasiswa dengan soal dan checklist
·         Mengakhiri pertemuan dan member salam
·         Mengutarakan hal yang masih belum dimengerti
·         Memperhatikan dan merespon tindakan yang dilakukan


·         Menjawab salam
 VI.            EVALUASI
a.    Prosedur                                        : Pengamatan selama praktek klinik
b.   Bentuk                                          : Uraian dan check list
c.    Contoh soal pertograf                   :
Gambar adalah contoh partograf yang sudah dilengkapi untuk kasus berikut:
      Ibu Rohati adalah G1 : P0 : A0, berusia 23 tahun. Ia datang ke klinik bersalin bersama keluarganya untuk mendapatkan asuhan dari Bidan vitri di Rt 001/Rw 04, Kelurahan Catur tunggal, Kecamatan depok, sleman yogyakarta pada tanggal 7 Desember 2010 pukul 13.00. Ia mengatakan kepada bidan penolong bahwa ia sudah merasakan adanya kontraksi sejak pukul 05.00.
Bidan vitri melakukan anamnesis secara seksama dan melakukan pemeriksaan fisik, Ia menemukan :
·      Kehamilan cukup bulan, presentasi belakang kepala (verteks), dengan penurunan kepala janin 4/5, kontraksi uterus tiga kali dalam 10 menit, setiap kontraksi berlangsung 18 detik, dan DJJ 124 kali/menit.
·      Pembukaan serviks 3 cm, tidak ada penyusupan dan selaput ketuban utuh.
·      Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80, temperatur tubuh 36,3°C.
·      Ibu berkemih 200 ml sebelum pemeriksaan dalam, tidak ditemui protein dan aseton dalam urin.
1.   Berdasarkan data yang dikumpulkan pada pukul 13.00, bidan vitri membuat diagnosis bahwa ibu Rohati adalah primigravida, dalam fase laten persalinan dengan DJJ normal, pembukaan serviks 3 cm, tiga kontraksi dalam 10 menit, setiap kontraksinya berlangsung kurang dari 20 detik. Bidan vitri menentramkan hati ibu Rohati dan menganjurkannya untuk berjalan-jalan ditemani oleh suaminya dan banyak minum. Bidan vitri menuliskan tanggal dan waktu serta mencatat semua temuan dan asuhannya pada catatan kemajuan persalinan.
Bidan vitri meneruskan untuk memantau DJJ, kontraksi serta nadi dan kontraksi uterus ibu Rohati setiap jam. DJJ, nadi dan kontraksinya tetap normal. Bidan vitri mengukur produksi urin ibu Rohati setiap kali ia berkemih. Bidan vitri meneruskan pencatatan temuan-temuannya di catatan kemajuan persalinan. Bidan vitri terus memberikan dukungan persalinan dan menentramkan hati ibu Rohati.

2.   Pemeriksaan kedua dilakukan pukul 17.00. Ibu Rohati melaporkan bahwa kontrasinya terasa lebih kuat dan lebih nyeri. Bidan vitri melakukan pemeriksaan abdomen dan pemeriksan dalam yang kedua: Ibu Rohati mengalami 4 kontraksi dalam 10 menit, masing-masing lamanya antara 20 sampai 40 detik, DJJ 134 kali/menit, penurunan bagian terbawah janin 3/5, pembukaan serviks 5 cm, tidak ada penyusupan kepala janin dan selaput ketubannya masih utuh. Tekanan darah ibu Rohati 120/70 mmHg, nadinya 88, dan temperatur tubuhnya 37°C. Ia berkemih 100 ml sebelum pemeriksaan dilakukan.
Lihat gambar partograf :
Pada pukul 17.00, ibu Rohati berada dalam fase aktif persalinan dan bidan vitri mulai mencatat pada partograf. Ia mencatatkan pembukaan serviks pada garis waspada dan semua temuan lainnya di garis waktu yang sesuai. Bidan vitri mulai menilai DJJ, kontraksi uterus dan nadi ibu Rohati setiap 30 menit dan menilai temperatur tubuhnya setiap 2 jam. Semua temuan dicatat di partograf dengan tepat
·         Pukul 17.30 DJJ 144/menit kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 45 detik. Nadi 80/menit.
·         Pukul 18.00 DJJ 144/menit kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 45 detik. Nadi 88/menit.
·         Pukul 18.30 DJJ 144/menit kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 45 detik. Nadi 90/menit.
·         Pukul 19.00 DJJ 134/menit kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 45 detik. Nadi 97/menit. Suhu 36,8°C. Urin 150 ml.
·         Pukul 19.30 DJJ 128/menit kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 45 detik. Nadi 88/menit.
·         Pukul 20.00 DJJ 128/menit kontraksi 5 kali dalam 10 menit selama 45 detik. Nadi 88/menit.
·         Pukul 20.30 DJJ 128/menit kontraksi 5 kali dalam 10 menit selama 45 detik. Nadi 90/menit. Urin 80 ml.
3.      Pada pukul 21.00 bidan vitri melakukan periksa ulang abdomen dan panggul. Hasilnya: DJJ 130 kali/menit, 5 kontraksi dalam 10 menit, masing-masing berlangsung lebih dari 45 detik penurunan kepala janin 1/5. Pembukaan serviks 10 cm, tidak ada penyusupan kepala janin, selaput ketuban pecah sesaat sebelum pemeriksaan jam 20.45, dan cairan ketuban jernih. Tekanan darah ibu 120/70 mmHg, temperatur tubuh 37°C, dan nadinya 80 kali/menit.
4.      Pada pukul 21.30, lahir seorang bayi perempuan, berat badan 3000 gram dan panjang 48 cm. Bayi menangis spontan. Dilakukan penatalaksanaan aktif kala tiga dan plasenta lahir 5 menit setelah bayi lahir. Tidak dilakukan episiotomi dan tidak terjadi laserasi. Perkiraan kehilangan darah kurang lebih 150 ml
5.      Tidak ada penyulit terjadi pada 15 menit pertama kala empat. Bidan vitri menilai keadaan umum dan kondisi kesehatan ibu Rohati setiap 15 menit selama jam pertama setelah lahirnya plasenta. Temuan-temuannya adalah sebagai berikut :
·      21.50: TD 120/70, nadi 80, temperatur tubuh 37,2°C, tinggi fundus 3 jari di bawah pusat, tonus uterus baik (keras), kandung kemih kosong, perdarahan per vaginam ± 15 cc.
·      22.05: TD 120/70, nadi 76, tinggi fundus 3 jari di bawah pusat, tonus uterus baik (keras), kandung kemih kosong, perdarahan pervaginam ± 15 cc.
·      22.20: TD 110/70, nadi 76, tinggi fundus 3 jari di bawah pusat, tonus uterus baik, kandung kemih kosong, perdarahan per vaginam ± 10 cc
·      22.35: TD 110/70, nadi 76, tinggi fundus 3 jari di bawah pusat, tonus uterus baik, kandung kemih kosong, perdarahan per vaginam ±5cc
6.            Selama jam kedua kala empat persalinan, bidan vitri menilai ibu Rohati setiap 30 menit. Temuannya adalah sebagai berikut (Gambar) :
·                     23.05: TD 110/70, nadi 80, temperatur tubuh 37°C, tinggi fundus dua jari di bawah pusat, tonus uterus baik, ibu Rohati berkemih dan produksi urin 250 ml, perdarahan per vaginam ±20 cc.
·                     23.35: TD 120/70, nadi 80, tinggi fundus dua jari di bawah pusat, tonus uterus baik, kandung kemih kosong, perdarahan per vaginam ±15 cc



c.       Indikator Keberhasilan
1)      Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian partograf dengan benar
2)      Mahasiswa mampu menjelaskan kapan partograf digunakan dengan benar
3)      Mahasiswa mampu melakukan pencatatan selama fase aktif persalinan dengan benar
4)      Mahasiswa mampu mencatat temuan pada partograf dengan benar
5)      Mahasiswa mampu memantau kemajuan persalinan dengan benar
6)      Mahasiswa mampu melakukan pencatatan pada lembar belakang partograf dengan benar.





















PARTOGRAF

Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan. Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :
·         Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
·         Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama.
Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan membantu penolong persalinan untuk :
-          Mencatat kemajuan persalinan
-          Mencatat kondisi ibu dan janinnya
-          Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
-          Menggunakan informasi yang tercatat untuk secara dini mengidentifikasinya adanya penyulit
-          Menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu
Partograf harus digunakan :
·         Untuk semua ibu dengan fase aktif kala satu persalinan sebagai elemen penting asuhan persalinan. Partograf harus digunakan, baik tanpa ataupun adanya penyulit. Partograf akan membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik persalinan normal maupun yang disertai dengan panyulit.
·         Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik badan swasta, rumah sakit, dll)
·         Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu selama persalinan dan kelahiran (spesialis obgin, bidan, dokter umum, residen dan mahasiswa kedokteran)
Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.


Pencatatan selama fase laten persalinan
Seperti yang sudah dibahas di awal bab ini kala satu persalinan dibagi menjadi fase laten dan fase aktif yang dibatasi oleh pembukaan serviks :
·         Fase laten : pembukaan serviks kurang dari 4 cm
·         Fase aktif : pembukaan serviks dari 4 sampai 10 cm
Selama fase laten persalinan, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat direkam secara terpisah dalam catatan kemajuan persalinan atau pada Kartu Menuju Sehat (KMS) Ibu Hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan selama fase laten persalinan. Semua asuhan dan intervensi harus dicatat.
Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu :
·         Denyut jantung janin : setiap 1/2 jam
·         Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap 1/2 jam
·         Nadi : setiap 1/2 jam
·         Pembukaan serviks : setiap 4 jam
·         Penurunan : setiap 4 jam
·         Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam
·         Produksi urin, aseton dan protein : setiap 2 sampai 4 jam
Jika ditemui tanda-tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi, harus lebih sering dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila dalam diagnosis kerja ditetapkan adanya penyulit dalam persalinan. Jika frekuensi kontraksi berkurang dalam satu atau dua jam pertama, nilai ulang kesehatan dan kondisi aktual ibu dan bayinya. Bila tidak ada tanda-tanda kegawatan atau penyulit, ibu dipulangkan dan dipesankan untuk kembali jika kontraksinya menjadi teratur dan lebih sering. Jika asuhan dilakukan di rumah, penolong persalinan boleh meninggalkan ibu hanya setelah dipastikan bahwa ibu dan bayinya dalam kondisi baik. Pesankan pada ibu dan keluarganya untuk memberitahu penolong persalinan jika terjadi peningkatan frekuensi kontraksi (perlu diskusi).







Pencatatan selama fase aktif persalinan : Partograf
Halaman depan partograf mencantumkan bahwa observasi dimulai pada fase aktif persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase aktif persalinan, termasuk :
A.    Informasi tentang ibu :
-          Nama, umur;
-          Gravida, para, abortus (keguguran);
-          Nomor catatan medis/nomor puskesmas;
-          Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan waktu penolong persalinan mulai merawat ibu);
-          Waktu pecahnya selaput ketuban.
B.     Kondisi janin :
-          DJJ;
-          Warna dan adanya air ketuban;
-          Penyusupan (molase) kepala janin.
C.     Kemajuan persalinan :
-          Pembukaan serviks;
-          Penurunan bagian terbawah janin atau presentasi janin;
-          Garis waspada dan garis bertindak.
D.    Jam dan waktu :
-          Waktu mulai fase aktif persalinan;
-          Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian.
E.     Kontraksi uterus :
-          Frekuensi dan lamanya
F.      Obat-obatan dan cairan yang diberikan :
-          Oksitosin;
-          Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan.
G.    Kondisi ibu :
-          Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh;
-          Urin (volume, aseton atau protein).
H.    Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam kolom yang tersedia di sisi partograf atau di catatan kemajuan persalinan).

Mencatat temuan pada partograf
A.    Informasi tentang ibu
Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai : ‘jam’ pada partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan. Catat waktu terjadinya pecah ketuban.

B.     Kesehatan dan kenyamanan janin
Kolom, lajur dan skala angka pada partograf adalah untuk pencatatan denyut jantung janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan (kepala janin).
1.      Denyut jantung janin
Dengan menggunakan metode seperti yang diuraikan pada bagian Pemeriksaan fisik dalam bab ini, nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak pada bagian ini, menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ. Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik lainnya dengan garis tidak terputus.
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis tebal angka 180 dan 100. Tetapi, penolong harus sudah waspada bila DJJ di bawah 120 atau di atas 160. Catat tindakan-tindakan yang dilakukan pada ruang yang tersedia di salah satu dari kedua sisi partograf.
2.      Warna dan adanya air ketuban
Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam, dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ. Gunakan lambang-lambang berikut ini :
·         U     : ketuban utuh (belum pecah)
·         J       : ketuban sudah pecah air dan air ketuban jernih
·         M     : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
·         D     : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
·         K     : ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (“kering”)
Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya gawat janin. Jika terdapat mekonium, pantau DJJ secara seksama untuk mengenali tanda-tanda gawat janin selama proses persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut jantung janin < 100 atau > 180 kali per menit), ibu segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai.
Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang memiliki asuhan kegawatdaruratan, obstetri dan bayi baru lahir.
3.      Molase (penyusupan kepala janin)
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala janin dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup atau tumpang tindih, menunjukkan kemungkinan adanya disproporsi tulang panggul (CPD). Ketidakmampuan akomodasi akan benar-benar terjadi jika tulang kepala yang saling menyusup tidak dapat dipisahkan. Apabila ada dugaan disproporsi tulang panggul, penting sekali untuk tetap memantau kondisi janin dan kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan tanda-tanda disporporsi tulang panggul ke fasilitas kesehatan yang memadai.
Setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan kepala janin. Catat semua di kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang-lambang berikut ini :
0     :    tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi
1     :    tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2     :    tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat dipisahkan
3     :    tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan

C.    Kemajuan persalinan
Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera di tepi kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks. Masing-masing angka mempunyai lajur dan kotak tersendiri. Setiap angka/kotak menunjukkan besarnya pembukaan serviks. Kotak yang satu dengan kotak yang lain pada lajur di atasnya, menunjukkan penambahan dilatasi sebesar 1 cm. Skala angka 1-5 juga menunjukkan seberapa jauh penurunan janin. Masing-masing kotak di bagian ini menyatakan waktu 30 menit.
1.      Pembukaan serviks
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan Fisik dalam bab ini, nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf hasil temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda “X” harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks. Beri tanda untuk temuan-temuan dari pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama kali selama fase aktif persalinan di garis waspada. Hilangkan tanda “X” dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus).
2.      Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan Fisik di bab ini. Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering jika ada tanda-tanda penyulit, nilai dan catat turunnya bagian terbawah atau presentase janin.
Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks umumnya diikuti dengan turunnya bagian terbawa atau presentasi janin. Tapi kadangkala, turunnya bagian terbawah/presentasi janin baru terjadi setelah pembukaan serviks sebesar 7 cm.
Kata-kata “Turunnya kepala” dan garis tidak terputus daru 0-5, tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda ‘O’ pada garis waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika kepala bisa dipalpasi 4/5, tuliskan tanda ‘O’ di nomor 4. Hubungkan tanda ‘O’ dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus.
3.      Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 dan berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan 1 cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya fase aktif yang memanjang, macet, dll). Pertimbangkan pula adanya tindakan intervensi yang diperlukan, misalnya persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yang mampu menangani penyulit dan kegawatdaruratan obstetri. Garis bertindak tertera sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau 4 lajur ke sisi kanan. Jika pembukaan serviks berada di sebelah kanan garis bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus dilakukan. Ibu harus tiba di tempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.


D.    Jam dan waktu
1.      Waktu mulainya fase aktif persalinan
Di bagian bawah parograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-16. Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya fase-aktif  persalinan.
2.      Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan
Di bawah lajur kotak untuk waktu fase aktif, tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh menit pada lajur kotak di atasnya atau lajur kontraksi di bawahnya. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, catatkan pembukaan serviks di garis waspada. Kemudian catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika pemeriksaan dalam menunjukkan ibu mengalami pembukaan 6 cm pada pukul 15.00, tuliskan tanda “X” di garis waspada yang sesuai dengan angka 6 yang tertera di sisi luar kolom paling kiri dan catat waktu yang sesuai pada kotak waktu di bawahnya (kotak ketiga dari kiri).

E.     Kontraksi uterus
Di bawah lajur waktu partograf terdapat lima lajur kotak dengan tulisan “kontraksi per 10 menit” di sebelah luar kolom kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontaksi dalam satuan detik.
Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan mengisi angka pada kotak yang sesuai. Sebagai contoh jika ibu mengalami 3 kontraksi dalam waktu satu kali 10 menit, isi 3 kotak.
Nyatakan lamanya kontraksi dengan :
Beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya kurang dari 20 detik
Berikan garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya 20-40 detik.
Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya lebih dari 40 detik.
Text Box: Kontraksi tiap 10 menit 

Dalam waktu 30 menit pertama :
·         Dua kontraksi dalam 10 menit
·         Lamanya kurang dari 20 menit
Dalam waktu 30 menit yang ke lima :
·         Tiga kontraksi dalam waktu 10 menit
·         Lamanya 20-40 detik
Dalam waktu 30 menit ketujuh :
·         Lima kontraksi dalam 10 menit
·         Lamanya lebih dari 40 detik

Gambar 2-4 :    Catat frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap 30 menit dalam persalinan aktif
 

INGAT :
1.      Periksa frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap jam selama fase laten dan setiap 30 menit selama fase aktif.
2.      Nilai frekuensi dan lamanya kontraksi selama 10 menit.
3.      Catat lamanya kontraksi menggunakan lambang yang sesuai :

< 20 detik                    20-40 detik                  >40 detik
4.      Catat temuan-temuan di kotak yang bersesuaian dengan waktu penilaian.

F.     Obat-obatan dan cairan yang diberikan
Di bawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat oksitosin, obat-obat lainnya dan cairan IV.
1.      Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.
2.      Obat-obatan lain dan cairan IV
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.




G.    Kesehatan dan kenyamanan ibu
Bagian terakhir pada lembar depan partograf berkaitan dengan kesehatan dan kenyamanan ibu.
1.      Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu.
·         Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan (lebih sering jika dicurigai adanya penyulit). Beri tanda titik pada kolom waktu yang sesuai (.).
·         Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih sering jika dianggap akan adanya penyulit). Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai : o
·         Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika meningkat, atau dianggap adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh dalam kotak yang sesuai.
2.      Volume urin, protein atau aseton
Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu berkemih). Jika memungkinkan setiap kali ibu berkemih, lakukan pemeriksaan adanya aseton atau protein dalam urin.
                                                       
H.    Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi luar kolom partograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan.
Asuhan pengamatan dan/atau keputusan klinik mencakup :
·         Jumlah cairan per orang yang diberikan
·         Keluhan sakit kepala atau penglihatan kabur
·         Konsepsi dengan penolong persalingn lainnya (obgin, bidan, dokter umum)
·         Persiapan sebelum melakukan rujukan
·         Upaya rujukan




INGAT :
1.      Fase laten persalinan didefinisikan sebagai pembukaan serviks kurang dari 4 cm. Biasanya fase laten berlangsung tidak lebih dari 8 jam.
2.      Dokumentasikan asuhan, pengamatan dan pemeriksaan selama fase laten persalinan pada catatan kemajuan persalinan yang dibuat secara terpisah atau pada kartu KMS.
3.      Fase aktif persalinan didefinisikan sebagai pembukaan serviks dari 4 sampai 10 cm. Biasanya, selama fase aktif, terjadi pembukaan serviks sedikitnya 1 cm/jam.
4.      Saat persalinan maju dari fase laten ke fase aktif, dimulailah pencatatan pada garis waspada di partograf.
5.      Jika ibu datang pada saat fase aktif persalinan, pencatatan kemajuan pembukaan serviks dilakukan pada garis waspada.
6.      Pada persalinan tanpa penyulit, catatan pembukaan serviks umumnya tidak akan melewati garis waspada.
Pencatatan pada lembar belakang partograf
Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I hingga kala IV (termasuk bayi baru lahir). Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai Catatan Persalinan. Nilai dan catatkan asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa nifas terutama selama persalinan kala empat untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik yang sesuai. Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat keputusan klinik, terutama pada pemantauan kala IV (mencegah terjadinya perdarahan pascapersalinan). Selain itu, catatan persalinan (yang sudah diisi dengan lengkap dan tepat) dapat pula digunakan untuk menilai/memantau sejauh mana telah dilakukan pelaksanaan asuhan persalinan yang bersih dan aman.
Catatan persalinan adalah terdiri dari unsur-unsur berikut :
A.    Data dasa
B.     Kala I
C.     Kala II
D.    Kala III
E.     Bayi baru lahir
F.      Kala IV
Cata pengisian :                        
Berbeda dengan halaman depan yang harus diisi pada akhir setiap pemeriksaan, lembar belakang partograf ini diisi setelah seluruh proses persalinan selesai. Adapun cara pengisian catatan persalinan pada lembar belakang partograf secara lebih terinci disampaikan menurut unsur-unsur sebagai berikut.

A.    Data Dasar
Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat tempat persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada saat merujuk. Isi data pada masing-masing tempat yang telah disediakan atau dengan cara memberi tanda pada kotak disamping jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan nomor 5, lingkari jawaban yang sesuai dan untuk pertanyaan nomor 8 jawaban bisa lebih dari satu.
Data dasar yang perlu dipenuhi adalah sebagai berikut :
1.      Tanggal : ………………
2.      Nama bidan : ………………
3.      Tempat persalinan :
Rumah Ibu                  Puskesmas
Polindes                      Rumah Sakit
Klinik Swasta  Lainnya : ………………
4.      Alamat tempat persalinan : ………………
5.      Catatan : ruju, kala : I / II / III / IV
6.      Alasan rujukan : ………………
7.      Tempat rujukan : ………………
8.      Pendamping pada saat merujuk :
Bidan              Teman
Suami              Dukun
Keluarga                      Tidak ada





B.     Kala I
Kala I terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati garis waspada, masalah-masalah yang dihadapi, penatalaksanaannya, dan hasil penatalaksanaan tersebut. Untuk pertanyaan nomor 9, lingkari jawaban yang sesuai. Pertanyaan lainnya hanya diisi jika terdapat masalah lainnya dalam persalinan.
Pertanyaan pada kala I adalah sebagai berikut :
9.      Partograf melewati garis waspada : Y/T
10.  Masalah lain, sebutkan : ………………
11.  Penatalaksanaan masalah tersebut : ………………
12.  Hasilnya : ………………

C.    Kala II
Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya. Beri tanda “ΓΌ” pada kotak disamping jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan nomor 13, jika jawabannya “Ya”, tulis indikasinya sedangkan untuk nomor 15 dan 16 jika jawabannya “Ya”, isi jenis tindakan yang telah dilakukan. Untuk pertanyaan nomor 14, jawaban bisa lebih dari 1. Sedangkan untuk ‘masalah lain’ hanya diisi apabila terdapat masalah lain pada Kala II.
Pertanyaan-pertanyaan pada Kala II adalah sebagai berikut :
13.  Episiotomi :
Ya, indikasinya ………………
14.  Pendamping pada saat persalinan :
Suami              Dukun
Keluarga                      Tidak ada
Teman
15.  Gawat janin :
Ya, tindakan yang dilakukan :
a.       ………………
b.      ………………
c.       ………………
Tidak
16.  Distosia bahu
Ya, tindakan yang dilakukan :
a.       ………………
b.      ………………
c.       ………………
Tidak
17.  Masalah lain, sebutkan : ………………
18.  Penatalaksanaan masalah tersebut : ………………
19.  Hasilnya : ………………

D.    Kala III
Kala III terdiri dari lama kala III, pemberian oksitosin, penegangan talit pusat terkendali, masase fundus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir > 30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan dan beri tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai. Untuk nomor 25, 26 dan 28 lingkari jawaban yang benar.
Pertanyaan pada kala III adalah sebagai berikut :
20.  Lama kala III : ………………menit
21.  Pemberian oksitosin 10 U IM?
Ya, waktu : ………………menit sesudah persalinan
Tidak, alasan ………………
22.  Pemberian ulang oksitosin (2x)?
Ya, alasan ………………
Tidak
23.  Penegangan tali pusat terkendali?
Ya
Tidak, alasan ………………
24.  Masase fundus uteri?
Ya
Tidak, alasan ………………
25.  Plasenta lahir lengkap (intact) : Ya/Tidak
Jika tidak lengkap, tindakan yang dilakukan :
a.       ………………
b.      ………………
26.  Plasenta tidak lahir > 30 menit : Ya/Tidak
Ya, tindakan :
a.       ………………
b.      ………………
c.       ………………
27.  Laserasi :
Ya, dimana ………………
Tidak
28.  Jika laserasi perineum, derajat : 1 / 2 / 3 / 4
Tindakan :
Penjahitan, dengan/tanpa anestesi
Tidak dijahit, alasan ………………
29.  Atonia uteri :
Ya, tindakan :
a.       ………………
b.      ………………
c.       ………………
Tidak
30.  Jumlah perdarahan : ………………ml
31.  Masalah lain, sebutkan ………………
32.  Penatalaksanaan masalah tersebut : ………………
33.  Hasilnya : ………………

E.     Bayi Baru Lahir
Informasi tentang bayi baru lahir terdiri dari berat badan dan panjang badan, jenis kelamin, penilaian kondisi bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah penyerta, penatalaksanaan terpilih dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan serta beri tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan nomor 36 dan 37, lingkari jawaban yang sesuai sedangkan untuk nomor 38, jawaban bisa lebih dari satu.
Pertanyaan mengenai bayi baru lahir adalah sebagai berikut :
34.  Berat badan ………………kg
35.  Panjang ………………cm
36.  Jenis kelamin : L/P
37.  Penilaian bayi baru lahir : baik/ada penyulit
38.  Bayi lahir :
Normal, tindakan :           
Mengeringkan
Menghangatkan
Rangsangan taktil
Bungkus bayi dan tempatkan di sisi ibu
Tindakan pencegahan infeksi mata
Asfiksia ringan/pucat/biru/lemas, tindakan :
Mengeringkan                   Menghangatkan
Rangsangan taktil             Lain-lain, sebutkan :
Bebaskan jalan nafas                     ………………
Bungkus bayi dan
Tempatkan di sisi ibu
Cacat bawaan, sebutkan : ………………
Hipotermia, tindakan :
a.       ………………
b.      ………………
c.       ………………
39.  Pemberian ASI
Ya, waktu : ………………jam sesudah bayi lahir
Tidak, alasan : ………………
40.  Masalah lain, sebutkan : ………………
41.  Hasilnya : ………………


F.     Kala IV
Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus, kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan. Pemantauan pada kala IV ini sangat penting terutama untuk menilai apakah terdapat risiko atau terjadi perdarahan pascapersalinan. Pengisian pemantauan kala IV dilakukan setiap 15 menit pada satu jam pertama setelah melahirkan, dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya. Isi setiap kolom sesuai dnegan hasil pemeriksaan dan jawab pertanyaan mengenai masalah kala IV pada tempat yang telah disediakan. Bagian yang digelapkan tidak usah diisi.

Catatkan semua temuan selama kala empat persalinan di bagian ini :
Jam Ke
Waktu
Tekanan darah
Nadi
Temperatur
Tinggi Fundus Uteri
Kontraksi Uterus
Kandung Kemih
Perdarahan
1



































2


















Masalah kala IV : ………………………………………………………………
Penatalaksanaan masalah tersebut: …………………………………………….
Hasilnya : ………………………………………………………………………








DAFTAR PUSTAKA

JNPK-KR/POGI.2007, ASUHAN PERSALINAN NORMAL,Ed.III (revisi), Save the Children
Federation Inc-US and JHPIEGO Corporation. Jakarta
Dinkes Jateng.2005, SOAL UJI KOMPETENSI BIDAN METODE OSCA, Seri 110305, Dinkes jateng dan Badan kerjasama Institusi Kebidanan. Jawa Tengah