Tuesday, August 23, 2011

Objective Struktured Clinical Assesment (OSCA)


   Objective Struktured Clinical Assesment (OSCA)
a.    Pengertian
OSCA atau singkatan dari Objective Struktured Clinical Assesment, sebenarnya hanyalah suatu model uji dimana perbedaan dengan uji lain adalah pada tehnik ujian dan cara penilaian, bukan pada materi uji, karena materi uji tetap berdasarkan kurikulum pendidikan D-III dan pengalaman selama praktik (Yanti, 2009 : 1).
OSCA adalah alat uji yang digunakan untuk mengevaluasi kompetensi professional tenaga kesehatan yang mencakup evaluasi pengetahuan, keterampilan komunikasi, keterampilan pemeriksaan fisik, keterampilan dalam mengintepretasikan dan menganalisa hasil pemeriksaan diagnostik, keterampilan dalam membuat diagnosis, menilai perilaku dan hubungan interpersonal (Yanti, 2009 : 1).
OSCA bisa terdiri dari 15-20 stasi setiap stasi membutuhkan waktu 10-15 menit, stasi secara umum dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:
1.         Stasi prosedur (skill), untuk menilai kemampuan menjalankan tugas yang diberikan terkait dengan keterampilan serta perilaku selama menjalankan tugas. Stasi ini diobservasi dan dinilai oleh penguji diam (observer) yang melakukan penilaian atas dasar checklist yang disusun sebelumnya. Checklist terdiri atas content atau isi kegiatan yang harus dilakukan, sikap yang ditunjukan dan perilaku yang dilakukan selama kegiatan serta, tehnik yaitu hal-hal yang berkaitan dengan bagaimana prosedur kerja dilaksanakan. Setiap butir dalam checklist tersebut harus diberi skor, sesuai dengan pentingnya kedudukan butir tersebut, dan perlu disepakati bersama diantar para pakar penyusun soal OSCA.
2.         Stasi pengetahuan (Knowledge), peserta uji menjawab pertanyaan yang bisa terkait dengan pemeriksaan sebelumnya atau diminta memberikan interpretasi problem pasien atas dasar data yang diberikan (kasus). Pertanyaan bisa juga atas dasar hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, dan laboratorium.  
b.    Keunggulan dan Kekurangan OSCA
1.    Keunggulan
OSCA ini dipandang lebih valid, lebih reliabel dan lebih objektif dibanding dengan ujian lisan kasus yang selama ini dipakai dalam menilai kemampuan klinis, kemampuan komunikasi dan perilaku. Selain itu keuntungan OSCA adalah bisa melakukan evaluasi peserta dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang lebih pendek dan serentak, menguji keterampilan dan pengetahuan lebih luas, dan semua peserta dievaluasi dengan instrument dan bahan uji yang sama.
Keuntungan lain metode OSCA yaitu: dapat digunakan untuk menguji berbagai kompetensi yang harus dikuasai peserta didik dalam waktu yang relative singkat, dimana keberhasilan teruji dapat segera diketahui (Yanti, 2009 : 8).
2.    Kekurangan
Adapun kekurangan dari metode OSCA yaitu penilaian hanya meliputi pengetahuan secara umum, bukan suatu penilaian dengan pendekatan holistik dari penanganan pasien dan dibutuhkan pengorganisasian serta persiapan penyusunan soal-soal yang sangat membutuhkan waktu dan tenaga. Guna menghindari evaluasi yang bersifat kompartemental beberapa stasi yang berurutan digunakan untuk melakukan evaluasi masalah yang sama mulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik, komunikasi, perilaku serta interpretasi hasil pemeriksaan sehingga dapat dilakukan secara penuh.
Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya reliabilitas OSCA antara lain terlalu sedikit stasi atau terlalu sedikitnya waktu ujian, checklist seharus nya tidak ada perbedaan dalam arti tidak terlalu mudah juga tidak terlalu susah, pasien yang tidak reliabel (simulated pasien), penguji yang memberikan skor nilai dengan tidak berpatokan pada standar penilaian, dan problem administrasi misalnya ruangan terlalu bising, atau staf dan pelaksana yang tidak terorganisir dengan baik.
Untuk menilai validitas evaluasi klinik terhadap kompetensi profesional mahasiswa pendidikan kesehatan dengan format OSCA perlu dipertimbangkan apakah problem pasien relevan dan penting sesuai dengan kurikulum, akankah tiap stasi mampu mengevaluasi keterampilan yang telah diajarkan pada mahasiswa, dan sudahkah dilakukan review untuk setiap stasi oleh seorang yang dipandang ahli.
Pelaksanaan evaluasi klinik dengan menggunakan format OSCA memerlukan biaya yang cukup besar tergantung dari jumlah stasi, pasien atau simulated pasien, penguji dan petugas lain yang dibutuhkan. Dalam hal ini jumlah stasi yang banyak membutuhkan persiapan soal yang perlu diuji validitas dan reliabilitasnya, apabila menggunakan pasien sesungguhnya perlu dipertimbangkan karena dapat  membuat pasien kelelahan menghadapi banyak teruji, bila menggunakan simulated pasien maka perlu dilatih terlebih dahulu sehingga mendekati pasien yang sesungguhnya, untuk penguji perlu dilakukan pelatihan agar mampu melakukan tugasnya dengan benar.
Kelemahan lain dari evaluasi klinik dengan format OSCA antara lain keterbatasan waktu setiap stasi, dan penggunaan checklist yang mengasumsikan bahwa interaksi antara teruji dengan pasien atau simulated pasien merupakan list if action, checklist cenderung menekankan pada kecermatan atau ketelitian pada setiap tindakan dilakukan atau tidak, dan hal ini menyebabkan kesulitan dalam penilaian jika dilakukan tetapi tidak sempurna.
Adapun kelemahan lainnya yaitu keterbatasan pada apa yang seharusnya disimulasikan sehingga hal ini membatasi dalam mengidentifikasi masalah pasien seperti pada pasien yang sesungguhnya.
Dengan demikian maka diperlukan persiapan yang matang baik soal, penguji, simulated pasien, tempat (stasi) maupun petugas lain yang terlibat (Yanti, 2009 :8).

c.    Tehnik Uji OSCA
Evaluasi klinik dengan metode OSCA sebenarnya sudah diperkenalkan 30 tahun yang lalu sebagai pendekatan yang reliable untuk mengevaluasi keterampilan klinik dasar di dunia kedokteran. OSCA merupakan bentuk tes yang fleksibel yang berdasarkan pada pasien disetiap stasi. Pada setiap stasi, teruji melakukan interaksi dengan pasien atau simulated pasien untuk mendemonstrasikan kemampuan psikomotornya.
1.    Stasi
Stasi adalah tempat untuk mengerjakan materi ujian yang berupa pengetahuan atau knowledge maupun skill atau keterampilan. Jumlah stasi untuk satu putaran uji kompetensi biasanya 15-20 stasi terdiri dari stasi ujian dan stasi istirahat bila diperlukan tergantung jumlah peserta yang akan diuji.
Sebagai contoh bila yang akan diuji dalam satu putaran ada 20 orang sedangkan ditentukan jumlah stasi uji 15 maka, 15 stasi adalah stasi uji dan 5 stasi adalah satsi istirahat yang biasanya ditempatkan setelah stasi skill. Desain dari stasi ini biasanya melingkar dengan tujuan agar teruji dapat melewati setiap stasi searah jarum jam.
2.    Tim Penguji
Tim penguji terdiri dari leader (ketua tim penguji), penguji skill (diam/ observer) dan penguji umum.



a)    Leader/ Ketua tim penguji
Leader adalah seorang yang dipilih untuk memimpin jalannya uji kompetensi. Adapun tugas leader secara terperinci adalah sebagai berikut
1)        Membawa soal
2)        Briefing dengan penguji dan teruji (bila memungkinkan briefing dilakukan sehari sebelum ujian)
3)        Melihat persiapan alat
4)        Sebelum ujian dimulai briefing dengan simulated pasien
5)        Membawa nomor ujian
6)        Mengundi penempatan stasi
7)        Mengawasi proses ujian (dapat menggantikan menjadi penguji skill atau keterampilan apabila penguji skill meninggalkan tempat ujian, atau berhalangan datang)
8)        Mengawasi dan melakukan koreksi serta membantu proses yudisium ditempat
9)        Mengumpulkan soal-soal yang telah diujikan dan diserahkan kembali ke dinkes propinsi
b)   Penguji skill
Penguji skill adalah orang yang bertugas di stasi skill untuk melakukan penilaian terhadap teruji pada saat teruji mendemonstrasikan kemampuan psikomotornya dengan mengisi checklist dari skill yang diujikan secara terperinci tugas dari penguji skill adalah sebagai berikut:

1)        Membantu leader dalam proses persiapan ujian
2)        Melaksanakan penilaian pada stasi keterampilan
3)        Sebagai penguji skill atau keterampilan harus benar-benar mematuhi ketentuan sebagai penguji diam, tidak boleh berbicara atau mengajukan pertanyaan kepada teruji atau simulated pasien.
c)    Penguji umum
Penguji umum adalah orang yang bertugas mengawasi teruji pada stasi knowledge atau menggantikan penguji diam pada stasi skill bila dibutuhkan.
3.    Simulated pasien
Merupakan orang yang telah dilatih agar menjadi pasien seperti yang sesungguhnya. Tugas simulated pasien adalah memerankan pasien seperti yang diminta dari soal yang biasanya berbentuk kasus. Namun validitas interaksi dengan pasien lebih tinggi dibanding dengan simulated pasien.
4.    Fasilitator
Fasilitator mempunyai tugas membantu menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk mendemonstrasikan suatu soal berupa kasus yang akan dikerjakan oleh terujiserta membantu menyediakan apa yang diperlukan penguji selama proses ujian berlangsung.
5.    Timer atau pengatur waktu
Timer adalah orang yang bertugas mengatur pergantian waktu yang diperlukan untuk perpindahan teruji dari stasi satu ke stasi berikutnya dengan membunyikan bel bila waktu untuk mengerjakan soal telah habis, sehingga serentak teruji akan meninggalkan stasinya dan berpindah ke stasi berikutnya searah jarum jam.
6.    Pengolah nilai
Pengolah nilai biasanya difasilitasi sebuah komputer umtuk memasukan nilai dari lembar jawab teruji yang telah selesai mengerjakan soal pada stasi yang telah dilewati. Dalam hal ini sudah disiapkan format baku yang sudah ditentukan dari pihak penyelenggara ujian sehingga disini akan langsung terumuskan apakan teruji lulus apa tidak lulus pada stasi tersebut. Perlu diketahui bahwa kelulusan dalam uji kompetensi OSCA ini ditentukan bukan berdasarkan nilai total dari seluruh stasi yang diujikan, melainkan kelulusan dari masing-masing stasi. Bila pada salah satu stasi, teruji tidak lulus berdasarkan nilai batas lulus yang sudah ditentukan maka yang bersangkutan tetap dinyatakan tidak lulus meskipun secara keseluruhan nilai totalnya bagus.
7.    Petugas kebersihan
Selain petugas-petugas diatas juga diperlukan petugas kebersihan yang tidak kalah pentingnya guna menjamin penciptaan suasana bersih dan nyaman selama proses ujian berlangsung. 
8.    Waktu ujian
Untuk mengerjakan soal disetiap stasi diperlukan waktu 10-15 menit tergantung dari tingkat kesulitan soal. Waktu dari setiap stasi harus sama sehingga dari keseluruhan teruji dapat melewati masing-masing stasi secara bergantian sehingga proses ujian dapat berjalan secara lancar. Hal ini akan diatur oleh timer dengan membunyikan bel untuk setiap pergantian stasi (Yanti, 2009: 10).
d.   Tehnik Penilaian
1.    Penilaian ujian
a)        Ruang lingkup penilaian meliputi unsur pengetahuan, keterampilan dan sikap dengan menggunakan metode OSCA yang dituangkan dalam stasi.
b)        Peserta dinyatakan lulus jika peserta ujian pada semua stasi skill mendapatkan nilai ≥ 7.00 dan jika semua stasi teori mendapatkan nilai≥7.00 dan peserta dinyatakan tidak lulus jika terdapat satu atau lebih stasi skill yang nilainya < 7.00 dan jika terdapat satu atau lebih stasi teori yang nilainya <7.00
2.    Uji ulang OSCA hanya diberikan kesempatan dua kali, bila belum berhasil maka dapat diikutkan pada periode ujian yang terdekat pada stasi yang belum lulus.
3.    Bagi yang mengikuti uji ulang 1 nilai yang diambil adalah nilai yang terbaik dengan ketentuan dua tingkat diatas nilai ujian utama
4.    Bagi yang mengikuti uji ulang 2 nilai yang diambil adalah nilai batas lulus.
5.      Uji perbaikan, nilai yang diambil adalah nilai yang terbaik (Yanti, 2009: 42)

No comments:

Post a Comment